Jogja
Rabu, 20 April 2016 - 04:20 WIB

UMKM JOGJA : Disperidagkop UKM Ajak Masyarakat Jadi Konsumen Cerdas

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Karyawati merapikan pakaian batik yang ditawarkan salah satu tenant dalam pameran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang digelar di Solo Paragon Lifestyle Mall, Minggu (14/2/2016). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

UMKM Jogja diajak cinta produk dalam negeri.

Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Disperindagkop UKM) DIY mengajak masyarakat untuk menjadi konsumen yang cerdas, mandiri, dan cinta produk dalam negeri melalui Hari Konsumen Nasional (Harkonas) yang jatuh setiap 20 April.

Advertisement

Kepala Disperindagkop UKM DIY Budi Antono mengungkapkan, tema Peringatan Harkonas 2016  adalah Gerakan Konsumen Cerdas, Mandiri dan Cinta Produk Dalam Negeri dengan sub tema Gerakan Konsumen Cerdas dengan Nasionalisme Tinggi Menggunakan Produk Dalam Negeri.

“Konsumen yang cerdas adalah konsumen yang mampu menegakkan hak dan kewajibannya serta mampu melindungi dirinya dari barang atau jasa yang merugikan,” ujar dia dalam rilisnya, Kamis (19/4/2016).

Konsumen yang cerdas merupakan konsumen yang membeli produk-produk yang sesuai ketentuan dan mengutamakan penggunaan produk dalam negeri. Hal itu sesuai degan program cinta produk dalam negeri yang merupakan gerakan penggunaan produk dalam negeri. Masih sedikit konsumen yang memahami  hak yang dijamin UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Advertisement

Hari Konsumen Nasional bertujuan untuk menguatkan kesadaran secara masif akan arti pentingnya hak dan kewajiban konsumen serta sebagai pendorong daya saing produk. Selain itu, Hari Konsumen Nasional akan menempatkan konsumen pada subjek penentu kegiatan ekonomi pasar sehingga pelaku usaha terdorong memproduksi barang atau jasa yang berkualitas, menempatkan konsumen untuk menjadi agen perubahan, dan mendorong pemerintah dalam melaksanakan tugas mengembangkan upaya perlindungan konsumen di Indonesia.

“Siapa yang akan memajukan perekonomian Indonesia kalau bukan kita sendiri? Siapa yang akan memajukan harkat dan martabat konsumen kalau bukan kita sendiri?” papar dia.

Hasil penelitian menunjukkan total nilai IKK di Indonesia sebesar 39,14%. Hal itu merupakan hasil rata-rata dari tahapan pra pembelian. Sementara itu, perilaku komplain dalam tahapan usai pembelian menunjukkan nilai yang sangat rendah yakni 11,96%. Survey dilakukan di empat kota besar yakni Jakarta, Makasar, Medan, dan Surabaya terhadap 600 responden yang terdiri dari 297 responden wanita dan 303 responden pria dengan pendapatan antara Rp 200.000 dan Rp200 juta.

Advertisement

“Indonesia menjadi negara pertama yang menggunakan IKK dalam mengukur keberdayaan konsumen di kawasan ASEAN sedangkan, di Eropa nilai IKK tertinggi dipegang oleh Swedia,” papar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif