Jogja
Rabu, 20 April 2016 - 19:20 WIB

KETIMPANGAN EKONOMI : Pengeluaran Makan Warga Jogja Terendah Rp300.000 Tertinggi Rp2,5 Juta

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kali Code Jogja (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Ketimpangan ekonomi warga miskin dan warga kaya di Jogja lebih tinggi dari angka nasional

Harianjogja.com, BANTUL—Ketimpangan pengeluaran antara orang kaya dan miskin atau rasio gini di DIY masih tinggi yakni 0,42 dan melebihi rasio gini nasional sebesar 0,40.

Advertisement

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY J Bambang Kristianto mengatakan, ketimpangan di DIY masuk dalam empat ketimpangan tertinggi di Indonesia setelah Papua Barat, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Rasio gini di Papua Barat tercatat sebesar 0,43, rasio gini Jawa Barat 0,43, dan rasio gini di DKI Jakarta sebesar 0,42.

“Ketimpangan di DIY paling besar terjadi di Sleman kemudian di Jogja,” papar dia kepada Harianjogja.com ketika ditemui di Gedung BPS DIY, Jl Lingkar Barat, Bantul, Selasa (19/4/2016).

Pada 2014, rasio gini di Sleman tercatat sebesar 0,4116 yang tergolong menengah tinggi. Kemudian, ketimpangan di Jogja sebesar 0,3958 yang juga tergolong menengah tinggi, disusul Kulonprogo sebesar 0,3817 (menengah), Bantul 0,3205 (menengah), dan Gunungkidul 0,2963 (rendah).

Advertisement

“Untuk rincian 2015, belum ada tapi tidak jauh berbeda dengan  kondisi 2014,” ujar dia.

Ia mengungkapkan, secara pengeluaran, untuk kuantil satu yakni masyarakat kalangan terbawah terpantau tidak mengalami perubahan signifikan.

Pengeluaran mereka untuk makan rata-rata Rp300.000 per bulan. Sementara, itu untuk kuantil lima yang merupakan golongan orang kaya, pengeluaran untuk makan saja rata-rata Rp2,5 juta. Angka tersebut dinilai sangat timpang.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif