Kegiatan Santri Budi Mulyo ini bisa menjadi inspirasi. Mereka memproduksi deterjen untuk membiayai kebutuhan
Harianjogja.com, KULONPROGO- Tak hanya belajar ilmu agama, pondok pesantren (ponpes) ini juga mengajarkan kemandirian secara ekonomi bagi para santrinya. Daripada hanya bergantung dari infaq yang datang dari masyarakat, para santri ponpes ini mencari rezeki dengan memproduksi sabun pencuci pakaian.
Ponpes Budi Mulyo yang terletak di Desa Kaliagung, Sentolo, Kulonprogo ini berdiri sejak tahun 2007 silam. Sejak awal, pengurus ponpes ini sudah berkomitmen bahwa tak ada biaya yang akan dibebankan bagi santrinya yang ingin menuntut ilmu di sana.
Meski niatnya mulia, tak ayal keinginan ini tetap terbentur dengan kebutuhan sehari-hari. Karena itulah kemudian pengurus ponpes ini giat memulai usaha kecil-kecilan untuk mengais rezeki.
Meski niatnya mulia, tak ayal keinginan ini tetap terbentur dengan kebutuhan sehari-hari. Karena itulah kemudian pengurus ponpes ini giat memulai usaha kecil-kecilan untuk mengais rezeki.
Marah Rusli, Kepala Ponpes ini menjelaskan bahwa sebelumnya ia pernah membuat jala guna membiayai ponpesnya. Sayangnya, usaha pembuatan jala ini kemudian macet dan terhenti di tengah jalan.
Namun, rezeki memang selalu datang entah darimana. Ia menceritakan bahwa kemudian datang tawaran dari pihak pabrikan deterjen di Jogja. “Kami diajari bagaimana memproduksi deterjen,” ujarnya, Selasa (12/4/2016).
Ia berharap ini menjadi suatu bekal bagi santrinya sebagai peluang usaha selepas dari ponpes tersebut. Selain itu, hasil dari penjualan deterjen tersebut juga merupakan penopang utama seluruh kegiatan di ponpes tersebut, khususnya biaya pendidikan.
Rusli sendiri menyatakan akan memastikan santri pondoknya mengenyam pendidikan hingga ke bangku perguruan tinggi. Terlebih lagi, ia tak ingin santrinya hanya menggantungkan hidup dari infaq yang diberikan oleh masyarakat. “Supaya tidak hanya mengandalkan donatur, dari infaq,” tegasnya.
Karena itu, kini setiap siang hari seusai sekolah dan menunaikan ibadah dzuhur para santrinya bersama-sama memproduksi deterjen pencuci pakaian tersebut.
Meski memproduksi, bahan baku deterjen ini sendiri sampai saat ini masih dipasok dari pabrik di Jakarta. Para santri kemudian hanya tinggal mencampur bahan baku sesuai takaran dan mengemasnya seusai ukuran dan kebutuhan.
Ahmad Thoriq, salah satu santri asal Pati, Jawa Tengah menjelaskan bahwa proses produksi deterjen tersebut tidaklah sulit. Berbekal ember, sarung tangan, dan saringan, ia bersama-sama dengan adik-adik santrinya mengaduk adonan deterjen sehingga tercampur rata.
Kemudian ia mengomando rekan santrinya untuk menakar deterjen dengan timbangan sesuai dengan kemasan yang tersedia.
Ia memaparkan ada sejumlah kemasan yang memang sengaja tidak diberi label. Pasalnya, sejumlah deterjen ini kemudian akan disalurkan kepada reseller yang menjual produk ini dengan merknya sendiri. Untuk setiap deterjen matic berukuran 1 kilogram dijual seharga Rp15.000.
Ahmad menjamin bahwa harga ini jauh lebih murah daripada produk serupa yang beredar di pasaran. Selain itu, dari segi kualitas juga pihak ponpes Budi Mulyo berani menjamin. Sebagaimana yang diterangkan Ahmad. “Produk kami mengikat noda lebih kuat.”
Ponpes Budi Mulyo melabeli produk mereka dengan merk BM, inisial dari nama ponpes itu. Selain deterjen, merk ini sudah merambah ke sabun cuci piring cair, pelembut pakaian dan parfum.
Meski demikian, diakui bahwa produk yang paling banyak dibeli adalah deterjen. Setiap bulannya sekitar 3 ton deterjen bubuk ini diproduksi dan didistribusikan. Jumlah ini masih ditambah dengan produk lainnya yang semakin diminati masyarakat.
Selain sudah mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari, kini pengurus Ponpes Budi Mulyo juga sudah mulai memberikan pelatihan serupa untuk kelompok-kelompok lainnya. Meski serupa namun Ahmad mengaku tak khawatir akan tersaingi karena jalan rezeki masing-masing sudah ada yang mengatur.