News
Sabtu, 16 April 2016 - 17:40 WIB

BBM BARU: Penjualan Dexlite di Jateng Tunggu Evaluasi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dispenser dan selang Dexlite berwarna hijau muda. (Liputan6.com)

BBM baru jenis Dexlite di Jateng akan menunggu hasil evaluasi.

Solopos.com, SOLO–PT Pertamina resmi mulai menjual dexlite atau solar jenis baru pada Jumat (15/4/2016) di Jakarta. Namun saat ini bahan bakar minyak (BBM) jenis baru tersebut belum tersedia di Jateng-DIY karena masih menunggu hasil evaluasi.

Advertisement

Sementara itu, External Relation PT Pertamina Jawa Bagian Tengah (JBT), Reno Fridaryanto, mengaku belum mengetahui penjualan dexlite di wilayah Jateng-DIY. Reno mengatakan penjualan BBM jenis baru biasanya dilakukan uji pasar di Jakarta karena memiliki konsumsi BBM yang tinggi. Hal ini sama waktu kali pertama Pertamina menjual pertalite di pertengahan tahun lalu.

“Penjualan di daerah biasanya menunggu hasil evaluasi penjualan di Jakarta, seperti [penjualan] pertalite yang mulai dipasarkan Juni [2015] di Jakarta dan baru dijual di Jateng-DIY pada Agustus [2015],” ujar Reno saat dihubungi Solopos.com, Jumat (15/4/2016).

Dexlite ini merupakan produk dengan kualitas menengah dengan cetane number 51, yang lebih baik dari solar (cetane number 48) dan di bawah pertamina dex (cetane number 53). Lebih lanjut, dia mengungkapkan harga bahan bakar khusus (BBK) atau BBM nonsubsidi yang biasanya dievaluasi setiap 15 hari sekali, pada pertengahan bulan ini tidak ada revisi harga.

Advertisement

Dia mengungkapkan pada awal bulan ini ada kenaikan konsumsi BBM subsidi dan nonsubsidi seiring dengan adanya revisi harga. Pertamina mencatat di Jateng-DIY selama 1-7 April terdapat kenaikan konsumsi 32% untuk pertamax dari rata-rata harian normal 2016, yakni 1.300-an KL/hari. Konsumsi pertalite juga meningkat 47% dari rata-rata harian normal 494 KL/hari menjadi 726 KL/hari. Selain itu, konsumsi premium juga mengalami kenaikan, dari rata-rata 8.800-an KL/hari menjadi 9.944 KL/hari atau naik 13% dari rata-rata konsumsi normal.

“Euphoria ini memang biasa terjadi kalau ada penurunan harga BBM. Waktunya juga tidak lama, hanya sepekan. Sekarang konsumsi sudah normal,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif