Jogja
Jumat, 15 April 2016 - 07:55 WIB

DESAKU MENANTI : Permukiman Gepeng Rawan Longsor, Benarkah?

Redaksi Solopos  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa saat beraudiensi dengan warga binaan penerima program Desaku Menanti di Dusun Doga, Nglanggeran, Patuk, Minggu (1/11/2015). (Harian Jogja/David Kurniawan)

Desaku Menanti tengah dikaji.

Solopos.com, GUNUNGKIDUL – Kajian ulang keberadaan perumahan gelandangan dan pengemis di Dusun Doga, Desa Nglanggeran, Patuk dilakukan Dinas Sosial DIY. Sayangnya isu rawan longsor di kawasan tersebut belum mendapat tanggapan.

Advertisement

Disinggung mengenai adanya potensi rawan longsor di lokasi permukiman ini, Kepala Dinas Sosial DIY Untung Sukaryadi enggan berkomentar lebih jauh. Dia berujar pada saatnya nanti akan melakukan konversi pers terkait dengan kelanjutan program Desaku Menanti.

“Tapi tidak sekarang. Nanti saat jumpa pers semua wartawan akan kami undang,” katanya kepada Solopos.com, di saat mendampingi Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa melakukan kunjungan kerja ke Gunungkidul, Kamis (14/4/2016).

Hal tak jauh berbeda diungkapkan oleh Menteri Khofifah. Saat ditanya mengenai kelanjutan program pembangunan permukiman gepeng, dia enggan berkomentar panjang lebar.

Advertisement

“Kita akan koordinasikan dengan kepala dinas sosial dulu ya,” kata Kofifah.

Untuk diketahui, program desaku menanti merupakan program pemukiman gepeng yang direncanakan Pemerintah DIY. Awalnya hunian ini berlokasi di Desa Girisuko, Panggang. Namun dikarenakan sesuatu hal, lokasi dipindah ke Desa Karangasem, Paliyan.

Namun di lokasi kedua ini juga tidak jadi karena tempat dipilih tidak mendapatkan izin dari keraton. Akhirnya hunian gepeng dibangun di Dusun Doga, Desa Nglanggeran. Namun demikian, pemilihan lokasi ini bukan tanpa kontroversi. Meski sudah dibangun, tapi tempat ini dinilai rawan longsor karena lokasinya yang berupa tanah perbukitan.

Advertisement

Pantauan yang dilakukan Solopos.com, Rabu (13/4/2016), di lokasi hunian makin kritis dan rawan longsor. Kerusakan terparah tejadi dibagian bawah komplek pemukiman yang terdiri dari tiga tingkat. Di deretan terbawah ini terdapat 15 rumah. Sayangnya hampir di setiap bangunan di dekatnya ada aliran air.
Jarak antara rumah dengan tebing yang menjadi talut tidak terlalu jauh. Berhubung talut tidak dibuat permanen maka aliran-aliran air ini menggerus talut. Kerusakan terparah terlihat di petak No.30 di mana gerusan membuat saluran selebar dua meter dengan kedalaman satu meter.

“Kami berharap keruakan tebing bisa segera diperbaiki, karena tidak bisa mengancam bangunan yang ada di tingkat paling bawah,” kata Eri Aprianto, salah seorang warga Dusun Doga.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif