Soloraya
Kamis, 14 April 2016 - 11:15 WIB

PENAMBANGAN GALIAN C BOYOLALI : Nekat Menambang Tanpa Pengaman demi Uang Rp50.000

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tebing Kali Apu, yang ditambang warga memiliki ketinggian hampir 170 meter. Foto diambil Rabu (13/4/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Penambangan Kali Apu Boyolali dilakukanw warga dengan menantang bahaya dengan uang tak seberapa.

Solopos.com, BOYOLALI – Tak banyak aktivitas yang terlihat dari pintu masuk kawasan Kali Apu, Selo, Boyolali, Rabu (13/4/2016) siang. Di lokasi tersebut hanya ada beberapa orang yang duduk-duduk di pos masuk Kali Apu.

Advertisement

Namun, pada jarak hampir dua kilometer ke dalam hulu Kali Apu, belasan truk terlihat mulai banyak berlalu-lalang hendak membawa keluar material pasir dan batu dari Kali Apu. Mereka membawa material dari hasil penambangan manual.

Rabu siang tim dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak dan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) menyurvei lokasi tambang di sepanjang aliran Sungai Kali Apu. Mereka mendapati puluhan warga menambang secara manual.

Advertisement

Rabu siang tim dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak dan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) menyurvei lokasi tambang di sepanjang aliran Sungai Kali Apu. Mereka mendapati puluhan warga menambang secara manual.

Namun ada yang membuat anggota tim geleng-geleng kepala ketika mereka melihat ada warga yang nekat menambang di tebing Kali Apu. Tiga warga itu naik tebing pada ketinggian hampir 170 meter tanpa pengaman.

Tangan mereka memegang kreyeng atau alat manual untuk mengeruk material pasir. Mereka berdiri di tengah-tengah tebing yang memiliki kemiringan hampir 80%. Di bawahnya ada tangga manual terbuat dari bambu yang sebelumnya digunakan untuk naik tebing. Di samping kanan kiri mereka ada tali terjuntai dari pucuk tebing. Tali itu hanya diikatkan pada batu seadanya di ujung atas tebing.

Advertisement

Sementara di dasar tebing, sudah ada tumpukan pasir setinggi hampir dua meter. Pasir itulah hasil pengerukan selama setengah hari kemarin.
Belasan truk sudah antre di tepian sungai. Truk-truk itu siap mengangkut pasir yang dikeruk Tukimin bersama dua rekannya.

Dia bersama dua rekannya, Paijo dan Sumar, nekat menambang di tebing dan bertaruh nyawa hanya untuk uang Rp50.000/hari. Tukimin sudah melakoni pekerjaan itu selama setahun. Menambang manual menjadi pekerjaan utamanya saat ini.

“Ya saya butuh uang buat makan, jadi saya cari pasir di sini. Sehari dapat uang Rp50.000,” kata Tukimin. Tanah di tebing itu sifatnya sangat labil karena kandungan pasirnya cukup tinggi. Namun Tukimin tidak takut dengan bahaya menambang di lereng tebing tanpa pengaman. Bahkan dia tidak takut jika sewaktu-waktu ada banjir hujan di Kali Apu.

Advertisement

“Kalau mendadak hujan atau mendung, segera saja turun dan pulang. Ya, khawatir kalau tahu-tahu banjir,” Jika cuaca dirasa aman, dia bisa menambang dari pukul 06.00 WIB hingga petang.

Tidak hanya pasir. Pada tebing ketinggian tertentu, sesekali mereka juga mendapati batu. Batu-batu itu awalnya untuk pijakan kaki saat mereka mengeruk pasir. Namun, kemudian batu itu diturunkan dengan menggunakan lembaran terpal agar tidak membahayakan orang di bawahnya.

Kades Klakah, Haryono, kerap mendapati warganya menambang manual di lereng tebing. “Memang itu sangat berbahaya. Bahkan pernah ada kejadian tambang yang dipakai untuk pengaman itu putus,” kata dia.

Advertisement

Dia sudah mengimbau warga yang menambang manual untuk tetap menambang di dasar sungai. Biasanya, tebing-tebing di Kali Apu dikepras dengan alat berat. “Sudah sering kami imbau sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, begitulah susahnya mengatur banyak orang.”

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif