Soloraya
Kamis, 14 April 2016 - 18:40 WIB

DANA HIBAH SOLO : Museum Radya Pustaka Buka Oglangan, Ini Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/dok)

Dana hibah Solo, pengelola terpaksa menutup museum tertua di Indonesia karena dana hibah belum cair.

Solopos.com, SOLO–Keterlambatan pencairan dana hibah Museum Radya Pustaka mulai berdampak pada operasional. Karyawan museum yang belum menerima gaji sejak Januari lalu tidak masuk kerja. Akibatnya museum terpaksa ditutup untuk pengunjung umum.

Advertisement

Informasi yang dihimpun Solopos.com, selama sepekan terakhir museum tertua di Indonesia tersebut telah tutup tiga kali pada Minggu (10/4/2016), Rabu (13/4/2016), dan Kamis (14/4/2016). Sebelumnya, Museum Radya Pustaka hanya buka terlambat atau tutup lebih cepat.

Anggota Komite Museum Radya Pustaka, S.T. Wiyono, mengakui salah satu alasan penutupan museum karena terlilit masalah keuangan lantaran dana hibah belum cair. “Kemungkinan besar memang gara-gara telat gajian. Dari Januari lalu sampai sekarang, pegawai museum belum bayaran. Pihak komite sendiri tidak pernah mengarahkan museum tutup,” terangnya saat dihubungi Solopos.com, Kamis siang.

Advertisement

Anggota Komite Museum Radya Pustaka, S.T. Wiyono, mengakui salah satu alasan penutupan museum karena terlilit masalah keuangan lantaran dana hibah belum cair. “Kemungkinan besar memang gara-gara telat gajian. Dari Januari lalu sampai sekarang, pegawai museum belum bayaran. Pihak komite sendiri tidak pernah mengarahkan museum tutup,” terangnya saat dihubungi Solopos.com, Kamis siang.

Wiyono, sapaan akrabnya, menjelaskan sejak Januari lalu komite museum telah menalangi dana untuk operasional. Salah satu prioritas alokasi talangan diarahkan untuk membayar listrik. “Yang ditalangi listrik dulu. Karena AC di ruang penyimpanan naskah kuno tidak boleh mati. Selain itu juga untuk penerangan pengunjung museum,” bebernya.

Menurut Wiyono, pihaknya telah mengirimkan surat permohonan pencairan dana hibah kepada Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo tiga pekan yang lalu. Dana talangan dari komite sangat terbatas dan hanya cukup menanggung tagihan listrik untuk bulan ini.

Advertisement

Teguh mencermati selama beberapa bulan terakhir operasional museum tidak patuh pada jadwal yang ditentukan yakni Senin-Kamis dan Minggu pukul jam 8.30 WIB-13.00 WIB, sedangkan Jumat pukul 08.30 WIB-11.30 WIB.
“Harusnya konsisten sejak awal. Kalau mau buka ya buka. Kalau tidak ya mending membuat surat pemberitahuan. Jadi pengunjung tidak kecele seperti ini,” paparnya.

Menurut Teguh, keterlambatan pencairan dana hibah yang mengganggu operasional Museum Radya Pustaka menunjukkan minimnya perhatian pemerintah.

“Ini bukan masalah dana menurut saya. Tapi lebih kepada perhatian. Kalau soal pencairan dana hibah, saya kira mudah diantisipasi sejak awal. Yang saya tanyakan sekarang museum ini dianggap aset atau beban buat pemerintah,” tegasnya.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, Eny Tyasni Suzana, menjelaskan pihaknya telah memproses pengajuan dana hibah bagi Museum Radya Pustaka. “Wali Kota sudah membuat disposisi pencairan dana hibah Selasa [(12/4/2016)] lalu. Kalau tidak ada ganjalan administrasi, anggaran bisa segera cair,” jelasnya.

Eny mengatakan kebijakan pencairan dana hibah bagi museum tertua di Indonesia tersebut merupakan kebijakan mutlak dari wali kota. “Kalau persyaratan pencairan dana hibah sebenarnya mengacu pada UU No. 23/2014. Salah satu klausulnya penerima dana hibah harus berbadan hukum. Tapi karena museum masuk benda dan bangunan cagar budaya, Pemkot menggunakan UU No. 11/2010 tentang cagar budaya,” paparnya.

Museum Radya Pustaka tahun ini dijatah dana hibah Rp300 juta. Dana tersebut dijanjikan untuk operasional murni. Sebelumnya museum juga terlambat menerima pencairan dana hibah termin ketiga tahun lalu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif