News
Rabu, 13 April 2016 - 14:45 WIB

Begini Kronologi Akun Twitter TNI AU Minta Portal Piyungan Tabayyun

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Cuitan TNI AU tanggapi artikel di blog Portal Piyungan. (Istimewa/Twitter)

Akun Twitter @_TNIAU meminta blog Portal Piyungan untuk mengklarifikasi artikelnya.

Solopos.com, SOLO – Akun Twitter resmi TNI AU sepertinya geram melihat ulah blog Portal Piyungan. Akun ini sempat meminta koreksi artikel yang menjurus fitnah, namun tidak ditanggapi oleh admin Portal Piyungan.

Advertisement

Akun Twitter TNI AU meminta Portal Piyungan untuk mengoreksi artikel berjudul “[CATATAN] TNI AU Diusir Lion Air dari Halim, Singapura di Belakang Lion Air?” Menurut akun @_TNIAU, artikel itu berisi informasi yang tidak tepat.

Bukannya mengoreksi, Portal Piyungan malah melontarkan sindiran. Akun ini menulis tentang admin yang mencari perhatian.

Baca Juga: Bukan Cuma Ratna Sarumpaet, Fahri Hamzah Pernah di-Skakmat Akun TNI AU

Advertisement

“Ada admin caper ,” @maspiyungan. “wah kalau @_TNIAU ikut2an serang @maspiyungan, slogan TNI dari Rakyat untuk Rakyat cuma omong kosong dong,” tulis @TaufikAmsyah yang di-retweet Portal Piyungan.

Seperti diberitakan Solopos.com, 14 Maret 2016, artikel ini adalah buntut dari Twitwar TNI AU dengan Fahri Hamzah. Artikel di-copy paste dari cuitan Fahri Hamzah tentang Landasan Udara Halim Perdanakusuma.

Fahri menuding Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, telah dikuasai asing. Tudingan ini bermula dari Mahkamah Agung (MA) yang telah menolak permohonan Peninjauan Kembali (PK) yang diajukan PT Angkasa Pura II terkait pengelolaan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Putusan ini sekaligus menguatkan hak pengelolaan bandara tersebut ke tangan PT Angkasa Transportindo Selaras (ATS) yang merupakan bagian dari Lion Air Group.

Advertisement

Berpindahnya hak pengelolaan Bandara Halim Perdanakusuma membuat Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah bersuara melalui akun Twitter-nya. Dia menduga telah terjadi swastanisasi di lahan milik negara, utamanya kawasan militer.

Baca Juga: Begini Gaya Kocak TNI AU Balas Komentar Nyinyir Ratna Sarumpaet

“Panglima TNI dan Menteri Pertahanan gencar bicara proxy war, tapi pangkalan TNI AU dibeli asing,” tulis Fahri Hamzah lewat akunnya @Fahrihamzah.

“Setelah dikuasai nanti dialihkan langsung atau tidak kepada negara itu,” tulis Fahri.

Advertisement

“Dapat dibayangkan betapa rawan kawasan itu jika pengelolaan penerbangan dikendalikan pihak lain,” lanjut Fahri.

Fahri melanjutkan kicauannya dengan mengatakan perkara ini harus diperjelas. “Tolong ini dibikin jelas, saya ingin TNI AU kuasai penuh kawasan halim, bukan oleh koperasi atau korporasi,” tulis Fahri.

Tanggapan Twitter TNI AU

Mendapat pernyataan semacam ini, TNI AU menjelaskan pengelolaan bandara yang dilakukan swasta hanya berlaku untuk kawasan bandara saja, atau tepatnya terminal penerbangan sipil, luasnya pun hanya mencapai 21 ha. Sedangkan, area pengelolaan Lanud mencapai 2.600 ha.

Advertisement

Sementara, kendali operasional pergerakan udara di sekitar Halim tetap dipegang penuh oleh TNI AU. Kerja sama dengan PT ATS melalui Inkopau sendiri telah melalui kajian mendalam dari aspek manfaat. Salah satunya komitmen PT ATS untuk membangun taxyway yang sejajar dengan runway sehingga memudahkan pergerakan pesawat.

Selama ini, kepentingan operasional pesawat VVIP dan TNI AU lainnya tetap menjadi prioritas utama selain penerbangan sipil. Sedangkan masyarakat tetap bisa menikmati penerbangan reguler dari dalam Lanud.

Perjanjian kerja sama tersebut dibatasi selama 25-30 tahun dan dapat dihentikan atau diperpanjang berdasarkan aspek kemanfaatannya. Pengelolaan ini tak jauh berbeda dengan hak pengelolaan bandara di Bandara Juanda, Ahmad Yani, Adisutjipto dan sebagainya. Bandara-bandara tersebut berada di pangkalan militer.

“Kami juga tidak ingin jumawa mengatakan bahwa ‘kami lebih tahu jeroan kami’. Apapun itu #BandaraHLP adalah milik rakyat. Silakan kritisi kami.”

Mendapatkan penjelasan dari TNI AU, Fahri mengaku berterima kasih atas penjelasan tersebut. Dia mengajak elemen militer dan sipil untuk memperbaiki pengelolaan di Halim.

“Terima kasih klarifikasinya, saya tahu ada legislasi anti militer berlebihan di masa lalu, mari kita perbaiki,” tutup Fahri.

Advertisement

Sayangnya, hanya Fahri yang melakukan klarifikasi. Portal Piyungan hingga kini tidak melakukan koreksi ataupul klarifikasi. Artikel yang dimaksud juga masih menggunakan judul yang sama.  Blog ini malah asyik membahas isu seputar Pilgub DKI Jakarta.

Melihat ulah blog itu, akun @_TNIAU tampaknya “gatal.” “Anda sudah klarifikasi berita ttg “Lanud Halim dibeli Singapura” belum? Masih belum juga tahu arti tabayyun?,” tulis TNI AU, Rabu (13/4/2016).

Akun ini bahkan menyebut Portal Piyungan blog pengecut dan kemaki (sombong). @_TNIAU juga beberapa kali melontarkan candaan.

Baca Juga: Ditanya Cara Nembak Cewek, TNI AU: Pakai Rudal AIM-M50GE SAS

“Tapi ini @kompascom yg punya kredibilitas yg sudah teruji, bukan media online pengecut seperti @maspiyungan #dmmp,” kata @_TNIAU. “Kecamatan Piyungan itu sangat dekat dengan AAU dan Lanud Adisutjipto Jogja. Kami minta dia tabayyun ke AAU atau Lanud saja tdk mau. Kemaki.”

“Tenang, Airmin baru pakai jurus “Kungfu Satu Jari”. Belum mengeluarkan “Kungfu Peremuk Tulang” apalagi “Dewa Petir,” candanya mengomentari tanggapan followers.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif