Soloraya
Selasa, 12 April 2016 - 09:35 WIB

DEMAM BERDARAH KLATEN : 4 Warga Meninggal Dunia

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten mem-fogging kawasan Tonggalan, Klaten Tengah, Klaten, Senin (11/4/2016). Fogging dilakukan guna mengendalikan munculnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Penyakit menular demam berdarah dengue (DBD) di Klaten merebak.

Solopos.com, KLATEN –Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Klaten meningkat tajam dalam tiga bulan terakhir. Dari 296 kasus DBD sejak Januari 2016, empat orang penderita DBD meninggal dunia.

Advertisement

Berdasarkan data yang dihimpun solopos.com di Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, jumlah DBD di bulan Januari mencapai 62 kasus, jumlah DBD di bulan Februari mencapai 105 kasus, dan jumlah DBD di bulan Maret mencapai 129 kasus. Dari jumlah tersebut, angka kematian penderita DBD sebanyak empat orang.

Pada 2015, jumlah DBD di Kota Bersinar mencapai 525 kasus. Dari jumlah tersebut, 26 penderita DBD meninggal dunia. Jumlah kecamatan yang endemis DBD di Klaten mencapai 21 kecamatan. Di antara kecamatan yang endemis, seperti Prambanan, Wedi, Ceper, Jogonalan, dan Ngawen.

“Maret dan April biasanya yang paling tinggi kasus DBD-nya[memasuki musim pancaroba]. Sering kali kasus DBD disebabkan faktor lingkungan dan pola hidup bersih. Hujan mulai jarang, genangan air terjadi cukup lama. Serangan nyamuk aedes aegypti biasanya pukul 09.00 WB-10.00 WIB dan 13.00 WIB-17.00 WIB,” kata Kepala Bidang (kabid) Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Klaten, Herry Martanto, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (11/4/2016).

Advertisement

Herry mengatakan hal utama yang harus dilakukan guna mencegah penyakit DBD, yakni meningkatkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Melalui kegiatan tersebut, jentik nyamuk diharapkan dapat dibasmi. Keberadaan jentik nyamuk dinilai menjadi penyebab utama munculnya DBD.

“Yang paling efektif itu memberantas jentik nyamuk. Kalau fokus memberantas nyamuk dengan fogging justru tidak efektif. Fogging itu mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). Ketika nyamuk tidak mati, akan mengalami resistensi. Selama ini, Dinkes sudah memaksimalkan tim juru pemantau jentik (jumantik), seperti di Pandes Kecamatan Wedi, Gemblegan Kecamatan Kalikotes. Masing-masing Puskesmas juga sudah diimbau meningkatkan PSN,” katanya.

Hal senada dijelaskan Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Menular Langsung dan Penyakit Tidak Menular (P2ML dan PTM) Dinkes Klaten, Inayati Hasanah Evita Dewi. Gerakan PSN perlu digalakkan, baik warga yang berdomisili di wilayah endemis atau tidak endemis.
“Ketika ada genangan air, segera dibuang airnya agar tidak ada jentik nyamuk,” katanya.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif