Jogja
Sabtu, 9 April 2016 - 19:20 WIB

WISATA KULONPROGO : Berselfie Ria di Anak Sungai Bogowonto

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kulonprogo memiliki satu lagi tempat wisata alam yang dikembangkan oleh masyarakat di perbatasan Purworejo. Jembatan Api-Api menawarkan wisata alam hutan mangrove di area anak Sungai Bogowonto.

Wisata Kulonprogo berupa hutan mangrove

Harianjogja.com, KULONPROGO- Kulonprogo memiliki satu lagi tempat wisata alam yang dikembangkan oleh masyarakat di perbatasan Purworejo. Jembatan Api-Api menawarkan wisata alam hutan mangrove  di area anak Sungai Bogowonto.

Advertisement

Jembatan Api-Api yang berada di Dusun Pasir Mendhit, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon awalnya digunakan untuk membantu mobilitas warga sekitar yang merupakan masyarakat penambak. Daerah sisi sungai itu sendiri banyak ditanami oleh hutan mangrove yang kemudian banyak menarik perhatian mayarakat luas, khususnya remaja. Karena semakin banyak warga yang berkunjung maka warga kemudian berinisiatif membangun jembatan guna menyusuri seluruh sisi sungai tersebut.

“Dibangunnya swadaya dengan gotong-royong,”jelas Purwo Sarjono, Ketua Kelompok Pengelola pada Harianjogja.com, Jumat(8/4/2016).

Tak hanya itu, jembatan itu juga dibangun berada berdekatan dengan tanaman mangrove yang sehingga pengunjung bisa mengamati dengan jelas tanaman tersebut. Selain itu, pengunjung bisa leluasa berfoto selfie dengan latarbelakang sungai dan tanaman mangrove sembari menyusuri sisi sungai. Jalan masuk menuju jembatan yang berada di sisi sungai juga tak hanya satu namun juga dibangun beberapa cabang. Purwo menyebutkan bahwa hal tersebut sengaja dilakukan untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu pengunjungan ingin segera menyudahi perjalanannya menyusuri mangrove.

Advertisement

Meski demikian, saat ini masyarakt baru mampu membangun jembatan di sisi utara sungai. Untuk jembatan di sisi selatan baru akan dibangun beberapa waktu mendatang. Padahal, mangrove di sisi utara sebenarnya lebih lebat sehingga jauh lebih menarik. Keseluruhan mangrove yang berada di sekitarnya sendiri merupakan jenis api-api dan tancang. Awalnya tanaman ini dahulu ditanam sebagai bantuan dari Dinas Kelautan DIY pada 2003 lalu. Namun, Purwo menyatakan bahwa masyarakat kemudian ikut merawat tanaman ini.

Meski demikian, masyarakat sudah mulai berbondong-bondong berwisata ke objek wisata baru ini. Biasanya masyarakat paling ramai mengunjungi wisata alam ini pada pagi dan sore hari.

“Jika siang masih panas sekali,”ujar Purwo. Apalagi, kadang ada perahu darurat atau kapal kecil milik warga sekitar yang bisa disewa pengunjung.

Advertisement

Karena animo pengunjung yang cukup tinggi, nantinya masyarakat sekitar akan mengembangkan potensi kuliner untuk dijual. Sejumlah panganan seperti peyek udang, peyek undur-undur dan sejumlah makanan laut lainnya bisa dikemas untuk dijadikan buah tangan bagi pengunjung. Saat ini, pengunjung yang ingin menyusuri mangrove dikenakan biaya Rp3000 per orang. Sedangkan untuk kendaraan dikenakan Rp2000 bagi sepeda motor. Warga sendiri sudah menyiapkan sejumlah parkiran bagi kendaraan pengunjung. Namun sayang, warga belum menerapkan tarif maupun menyiapkan fasilitas bagi kendaraan roda empat di daerah wisata tersebut.

Salah satu pengunjung yang ditemui di sana, Ambar Inawati meyatakan bahwa ia memang sengaja datang dari Magelang, Jawa Tengah untuk berwisata ke daerah mangrove tersebut. Berdua dengan temannya sesama mahasiswa, ia berencana untuk berfoto selfie di daerah wisata yang mendadak terkenal karena sosial media tersebut. Selain itu, ia juga berencana untuk berkunjung ke Pantai Glagah yang terletak tak jauh dari sana.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif