Soloraya
Jumat, 8 April 2016 - 10:25 WIB

PELAYANAN KESEHATAN : Butuh Layanan Kesehatan di Boyolali, Cukup Tekan 119

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas layanan informasi kesehatan 119 Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali sedang memperbaruhi data ruang rawat inap di rumah sakit melalui komputer, Kamis (7/4/2016). (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Pelayanan kesehatan di Boyolali membuat terobosan dengan membuka layanan call center 119.

Solopos.com, BOYOLALI – Dewi Susiyanti, tampak serius memandangi layar monitor berukuran 24 inch warna hitam yang berada di meja kerjanya, Kamis (7/4/2016). Di layar monitor itu, dia sedang mengakses website spgdt.boyolali.net untuk memperbaruhi atau update jumlah ruang rawat inap yang kosong di delapan rumah sakit swasta dan tiga rumah sakit negeri yang ada di Boyolali.

Advertisement

Delapan rumah sakit swasta itu yakni RSU Umi Barokah, RSU Aisyyah, RSU Natalia, RSU Al Hodayah, RSU Asysifah Sambi, RSU Banyu Bening Ngemplak, dr. Oen Sawit, dan RSU Karima. Sementara rumah sakit negeri adalah RSUD Pandanarang, RSUD Banyudono, dan RSUD Simo.

Hanya butuh waktu lima menit data ruang rawat inap kosong yang masuk dari 11 rumah sakit sudah berhasil diupdate. Update data itu dilakukan selama 8 jam sekali. Data tersebut kemudian dapat diinformasikan kepada masyarakat ketika ada yang menghubungi layanan informasi kesehatan di (0276) 119.

Advertisement

Hanya butuh waktu lima menit data ruang rawat inap kosong yang masuk dari 11 rumah sakit sudah berhasil diupdate. Update data itu dilakukan selama 8 jam sekali. Data tersebut kemudian dapat diinformasikan kepada masyarakat ketika ada yang menghubungi layanan informasi kesehatan di (0276) 119.

Siang itu, Dewi sendirian menjadi operator layanan kesehatan yang berjaga mulai pukul 07.00 WIB-14.00 WIB. Sebagai petugas layanan kesehatan dirinya juga harus siap ketika ada panggilan darurat dari masyarakat yang membutuhkan pertolongan segera.

Satu unit mobil ambulans berpelat merah AD 9593 GD diparkir di depan kantor Dinkes khusus disiapkan untuk layani panggilan darurat. Rata-rata satu hari ada sebanyak 20 pasien panggilan darurat dan informasi soal ruang rawat inap. Jam sibuk pelayanan ini bisanya mulai pukul 24.00 WIB sampai dini hari. Sebagai seorang bidan yang bertugas menjadi operator layanan ini, dituntut harus bisa menjadi sopir untuk mengoperasikan mobil ambulans sendirian.

Advertisement

Layanan informasi kesehatan yang dikelola Dinkes itu menggunakan sofware khusus bantuan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB). Boyolali mendapatkan bantuan sofware itu setelah masuk kategori top 99 Inovasi Pelayanan Publik di Jakarta pada tanggal 15 Mei 2015. Inovasi yang mendapatkan penghargaan itu adalah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) call senter 119.

Pada tahun ini layanan kesehatan ini juga mendapatkan penghargaan dari Menpan RB sebagai Public Service Center Dinkes dengan kategori sama dengan tahun lalu. Penghargaan itu terima pada tanggal 31 Maret 2016.

Sofware itu juga dapat digunakan sebagai Short Message Service (SMS) gateway melalui nomor 085728679119.

Advertisement

Sebagai pusat informasi yang dapat menyelamatkan nyawa seseorang ini justru tidak memiliki ruangan kantor sendiri. Ruang kantor operator berukuran sekitar 1 meter x 1,5 meter yang ditempati sekarang merupakan ruangan informasi milik Dinkes. Petugas operator kesehatan ini hanya menebeng.

“Rumah sakit berinisiatif sendiri mengirim data jumlah ruang rawat inap yang kosong ke layanan informasi kesehatan. Jika dalam waktu 8 jam rumah sakit tidak mengirim data, kami baru menghubunginya,” ujar Dewi saat ditemui solopos.com di kantornya, Kamis.

Bidan yang baru bekerja selama tujuh bulan ini mengaku saat bertugas menjadi operator pernah mendapatkan telepon layanan panggilan darurat mengantarkan ibu melahirkan dari RSU Natalia Boyolali dirujuk ke rumah sakit Salatiga pada dini hari.

Advertisement

“Saya sendirian menjadi sopir mengantarkan pasien ke Salatiga. Sebagai layanan yang buka 24 jam harus siap dalam kondisi apapun ,” kata dia.

Ia menjelaskan layanan ini juga bersinergi dengan puskesmas, BPBD, PMI, Damkar, Dishubkominfo, dan Satlantas. Khusus layanan panggilan darurat yang berada di pelosok daerah terpencil akan dimintakan bantuan dari puskesmas atau rumah terdekat terlebih dulu. Namun, jika mereka tidak bisa menanganinya baru kantor pusat layanan turun tangan.

Koordinator Layanan Informasi Kesehatan 119 Dinkes Boyolali, Ali Gatmil, mengatakan ada lima orang yang bertugas menjadi operator layanan ini. Setiap orang bertugas selama delapan jam dengan sistem shift. Layanan ini sudah ada sejak Oktober 2013.

“Kami dalam merekrut petugas operator layanan sangat ketat. Seorang bidan harus memiliki SIM A, SIM C, dan bisa menjadi sopir mobil ambulans,” kata dia.

Ia mengatakan di Indonesia yang menerapkan sistem layanan ini baru Jakarta dan Boyolali. Daerah lain seperti Wonosobo, Kediri, dan Kebumen datang ke kantor untuk belajar sistem ini. Minimnya fasilitas seperti seperti komputer, tenaga, dan kantor menjadi kendala layanan ini.

“Pemkab akan menambah dua orang petugas operator dalam waktu dekat. Kami berharap layanan ini dapat menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan korban kecelakaan,” kata dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif