News
Jumat, 8 April 2016 - 12:35 WIB

BISNIS PROPERTI : Rumah Vertikal Booming di Soloraya Lima Tahun Mendatang

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi apartemen (Dok/JIBI)

Bisnis properti diperkirakan tahun ini makin cerah.

Solopos.com, SOLO — Penjualan rumah vertikal, seperti apartemen dan condotel akan booming di Soloraya sekitar lima tahun yang akan datang. Hal ini karena lokasi Solo yang strategis dan dibangunnya tol Semarang-Kertosono serta terdapat bandara internasional.

Advertisement

Wakil Ketua Real Estat Indonesia (REI) Jateng, Adib Ajiputra, mengatakan ke depan pengembangan perumahan adalah rumah vertikal karena lahan terus berkurang dengan kenaikan harga yang sangat tinggi. Diakuinya meski sejumlah pengembang mulai melirik Solo dan Solo Baru untuk pembangunan rumah vertikal tapi peminat masih terbatas.

Meski begitu, dia optimistis dalam lima tahun ke depan, rumah vertikal ini akan booming dan diminati masyarakat. Hal ini karena keinginan masyarakat untuk bisa tinggal di daerah perkotaan tapi terkendala lahan.

“Rumah vertikal memberi jawaban bagi yang ingin tinggal di kota tapi terkendala lahan. Model rumah vertikal yang bisa dimiliki adalah rusunami [rumah susun milik] dan rusunawa [rumah susun sewa], bentuknya pun ada yang apartemen atau condotel,” ungkap Adib, Kamis (7/4/2016).

Advertisement

Dia mengatakan harga rumah yang paling diminati adalah Rp300 juta-Rp500 juta. Dia menilai saat ini adalah waktu yang tepat apabila ingin berinvestasi di bidang properti. Hal ini karena setiap tahunnya, minimal ada kenaikan harga 10%, bahkan di beberapa lokasi ada yang mencapai hingga 50%. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengembangan kawasan yang sangat cepat apabila ada permukiman.

Dia menyampaikan dengan adanya Bandara Adi Soemarmo akses masyarakat luar negeri datang ke Solo juga semakin mudah. Menurut dia, dengan kemudahan ini, tidak menutup kemungkinan investor asing menanamkan investasinya di Kota Bengawan dan semakin mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan hingga kini REI terus berupaya mewujudkan bank tanah atau land banking. Menurut dia, keberadaan bank tanah ini diperlukan untuk menjaga kenaikan harga rumah sehingga masih bisa dijangkau masyarakat luas. Dia menyampaikan tanah yang dimiliki swasta ini membuat kenaikan harga sulit dikendalikan.

Advertisement

Sementara itu, hingga saat ini REI Soloraya terus berupaya untuk menurunkan tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah atau Bangunan (BPHTB) dengan menggandeng pemerintah daerah (pemda).

Ketua REI Soloraya, Anthony Abadi Hendro P., mengungkapkan selama ini BPHTB yang dipatok 5% dari harga jual rumah cukup membebani masyarakat, teurtama untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif