Jogja
Kamis, 7 April 2016 - 04:40 WIB

PELESTARIAN BUDAYA : GKR Hemas Prihatin dengan Perkembangan Budaya

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - GKR Hemas. (JIBI/Dok)

Selain terus meredup, kebudayaan masyarakat mulai ditinggalkan anak-anak muda.

 

Advertisement

 
Harianjogja, SLEMAN- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, GKR Hemas merasa prihatin dengan perkembangan budaya di DIY. Selain terus meredup, kebudayaan masyarakat mulai ditinggalkan anak-anak muda.
Menurut Hemas budaya yang berkembang di masyarakat tidak hanya pada ranah kesenian saja namun juga bidang lainnya seperti budaya gotong-royong dan guyub rukun. Termasuk pemahaman terhadp bahasa daerah setempat khususnya bahasa Jawa. “Pemahaman budaya masyarakat semakin menipis dan banyak anak muda sekarang yang tidak bisa bahasa Jawa. Di kota itu koe-koe, aku-aku, berbeda dengan di desa karena guyub rukun dan gotong-royong,” ungkap GKR Hemas saat ‘Silaturahmi dan Sosialisasi Lembaga DPD RI, dan Penyerapan Aspirasi’ di Dusun Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Rabu (6/4/2016).
Selain masalah budaya, Hemas juga menampung aspirasi warga yang mengeluhkan masalah sosial seperti bencana dan kemiskinan. Warga dusun yang berada di ujung Timur Sleman itu juga mengeluhkan kekurangan air ketika kemarau. Menanggapi hal itu Ratu Keraton Ngayogyakarta itu akan berkoordinasi dengan Pemkab Sleman dan Pemprov DIY untuk menanganinya.
Camat Prambanan Abu Bakar menjelaskan, terdapat 2.118 KK yang berponsi mengalami kesulitan air saat musim kemarau melanda. Sementara, 289 KK berada di daerah rawan lonsor dan 3.655 KK masih tergolong miskin. “Ketika musim kemarau, truk tangki air berbondong-bondong ke Gayamharjo. Sebenarnya kami ingin secara mandiri mengatasi masalah kekeringan air di sini,” ungkap Abu.
Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun yang juga hadir dalam kesempatan tersebut mengungkapkan, jumlah KK miskin di Prambanan sebenarnya terus menurun. “Pada 2013, KK miskinnya 3.684 KK, turun menjadi 3.421 KK pada 2014. Kemudian pada 2015 lalu, kembali turun menjadi 3.100 KK,” klaim Muslimatun.
Untuk mengantisipasi masalah bencana, kata dia, saat ini terdapat 1.521 relawan yang siap membantu. Mereka berasal dari 39 organisasi yang tergabung dalam Forum Komunikasi Komunitas Relawan Sleman. “Kami terus menekan angka kemiskinan. Berbagai upaya pengentasan kemiskinan disinergikan dan digerakkan untuk memberdayakan masyarakat agar keluar dari kondisi kemiskinan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif