Kolom
Rabu, 6 April 2016 - 08:10 WIB

MIMBAR MAHASISWA : Peluang Masa Depan yang Dikeluhkan

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mustaqim (Istimewa)

Mimbar mahasiswa, Selasa (5/4/2016), ditulis Mustaqim. Penulis adalah mahasiswa Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret dan anggota Komunitas Soto Babat Angkatan Tiga.

Solopos.com, SOLO — Kuliah di program studi bahasa? Mau jadi apa orang yang belajar bahasa? Banyak orang bertanya, bahkan ragu, pada prospek belajar di program studi bahasa.

Advertisement

Jika dikaji lebih dalam terdapat potensi dari pembelajaran di program studi bahasa yang dapat dikembangkan. Potensi yang seharusnya dikembangkan itu ini justru banyak dikeluhkan.

Majalah terbitan Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (FIB UNS), Najwa, dalam dua edisi memuat opini ihwal keluhan mahasiswa terhadap program studi bahasa.

Pada edisi II, Januari 2016, seorang mahasiswi bernama Karamiy mengemukakan keluhan terkait permasalahan ini. Menurut dia, keluhan tersebut menegmuka di kalangan mahasiswa Program Studi Sastra Arab, Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Sastra Mandarin, Sastra Jepang, maupun dari program studi bahasa lainnya.

Advertisement

Belajar di program studi ini memunculkan dilema, terutama mengenai peluang pekerjaan lulusan program studi bahasa. Pada edisi I, September 2015), seorang mahasiswa Program Studi Sastra Arab bernama Gun Gun Gunawan mengungkapkan keprihatinannya.

Selain keluhan prospek kerja, ia juga mengungkapkan keluhan ihwal teman-temannya yang merasa kurang menguasai bahasa Arab.  Mereka merasa kurang berkompeten dalam berbahasa Arab. Kebanyakan mahasiswa lebih memilih kajian budaya sebagai “pelarian” dari bahasa.

Sesungguhnya kajian budaya bukanlah kajian yang mengesampingkan bahasa. Bahasa justru menjadi topik penting dalam kajian budaya. Berbicara mengenai peluang, sebenarnya program studi bahasa justru memiliki potensi yang sangat menguntungkan.

Sungguh disayangkan banyak mahasiswa menganggap remeh program studi ini. Banyak lapangan kerja jika kita kompeten dalam penguasaan bahasa asing, apalagi di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini.

Advertisement

Marilah sejenak kita pahami jargon ”active” yang menjadi slogan UNS. Kita bisa memandang bahwa budaya kerja active merupakan strategi untukmenciptakan peluang. Kata active merupakan singkatandari achievment orientation, customer satisfaction, team work, integrity, visionary, dan entrepreneurship.

Slogan tersebut mengandung orientasi yang ditanamkan untuk menciptakan peluang secara mandiri. Salah satu cara menciptakan peluang adalah dengan menumbuhkan budaya aktif berkarya. Hal ini selaras dengan tema lustrum ke-8 UNS Maret yang diperingati bulan lalu, yakni ”UNS Berkarya”.

Apa pun program studinya, jika mahasiswa aktif berkarya, peluang akan datang dengan sendirinya. Inilah sebenarnya peluang yang belum disadari oleh kebanyakan mahasiswa program studi bahasa.  Tema tersebut bisa menjawab keluhan mereka ketika diimplementasikan.

Mengapa kita harus berkarya? Sebenarnya berkarya adalah peluang untuk menjadi manusia mandiri. Dalam konteks ini mahasiswa bisa bebas dari julukan pengangguran terdidik. Berkarya adalah peluang yang bisa mengantarkan mereka pada peradaban.

Advertisement

Peradaban akan mengangkat ilmu dan derajat manusia dan membawa mereka ke dunia kerja yang menguntungkan. Hal ini sama dengan awal perkembangan Islam pada 15 abad yang lalu.

Kalau Islam tidak terus-menerus dikaji dan dipelajari oleh para ulama, niscaya peradabannya akan hilang, tidak sampai kepada gerenasi sekarang ini. Peradaban yang mampu bertahan hingga sekian lama tentu karena ada karya para ulama.

Mereka terus-menerus mengkaji setiap ajaran dan makna yang terkandung di kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup mereka. Bercermin pada sejarah demikian ini, satu-satunya cara agar mahasiswa program studi bahasa bisa bertahan adalah dengan berkarya.

Tanpa karya mustahil perdaban manusia bisa bertahan. Karya akan membuat manusia lebih bermartabat, bahkan bagi orang yang tidak berpendidikan sekalipun. Bagaimana cara berkarya dengan bahasa?

Advertisement

Inilah pertanyaan yang harus kita jawab dengan jati diri kit amasing-masing. Program studi bahasa menuntut mahasiswa banyak membaca dan menulis. Kemampuan menguasai bahasa yang ditambah dengan ilmu pengetahuan lainnya merupakan sebuah peluang untuk menjadi individu yang berkualitas. [Baca selanjutnya: Interaksi]Interaksi

Kemampuan inilah yang akan menjadi modal untuk bisa berperan dalam kehidupan masyarakat, yakni dengan banyak membaca, menulis, dan mencipta karya. Berkarya melalui kompetensi bahasa adalah sarana untuk menjadi makhluk sosial yang baik.

Kemampuan ini akan melatih kita bisa berinteraksi dengan baik untuk sesama penutur satu bahasa maupun penutur bahasa lain. Kemampuan berbahasa yang digunakan sebagai sarana berbagi pengetahuan, pengalaman, dan kebudayaan, mengantarkan kita pada prospek kerja yang menguntungkan. Banyak orang memandang prospek kerja terbaik dari lulusan program studi bahasa adalah diplomat atau duta besar.

Prospek ini tentu merupakan peluang yang bagus untuk mahasiswa program studi bahasa, terutama bahasa asing. Menjadis eorang diplomat di suatu negara asing merupakan prospek yang sangat membanggakan.

Oleh karena itu, kemampuan berbahasa merupakan peluang besar yang dapat mengantarkan mereka pada posisi tersebut. Pandangan ini belumlah cukup untuk menjawab ihwal peluang yang banyak dikeluhkan mahasiswa program studi bahasa.

Ada banyak kriteria yang harus dipenuhi untuk mendapatkan posisi diplomat atau duta besar tersebut. Tidak semua mahasiswa mau berusaha meraihnya. Kemampuan berbahasa dengan pengetahuan yang banyak juga harus diimbangi dengan wujud karya nyata.

Advertisement

Salah satunya adalah dengan menulis. Berkarya dengan menulis merupakan cara jitu untuk bertahan di tengah arus perubahan zaman. Sebagaimana kita tahu, Islam bisa bertahan di tengah zaman yang berubah karena karya tulis para ulama yang terus dikaji sampai sekarang.

Peluang di dunia kepenulisan juga tidak kalah menguntungkan. Kita lihat saja para penulis terkenal Indonesia. Pramoedya Ananta Toer, Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Eka Kurniawan, Habiburrahman El-shirazy, Ippho Santosa, dan masih banyak lagi.

Dari karya tulis mereka mendapat keuntungan yang beraneka rupa, termasuk penghasilan.  Setelah meninggal tidak hanya keuntungan material yang terus mengalir, tetapi juga—dalam perspektif Islam–pahala amal jariyah dari karya tulis mereka.

Apa pun peluang itu tidaklah pantas untuk dikeluhkan. Mahasiswa dari berbagai program studi mempunyai peluang dan prospek masing-masing.

Apa pun pekerjaannya, manusia yang terbaik adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya. Begitu juga dengan program studi bahasa, wujud syukur kita sebagai makhluk bahasa adalah dengan berkarya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif