Jogja
Senin, 4 April 2016 - 03:20 WIB

TUBERKOLUSIS : Ini Tips Sembuh dari TBC

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang petugas menunjukkan bakteri TB dalam tabung di Laboratorium Tuberkolosis Departemen Mikrobiologi FK UGM, Kamis (24/3/2016). (Abdul Hamied Razak/JIBI/Harian Jogja)

Tuberkolosis, jumlah pasien masih tinggi.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL –  Tugas berat diemban Dinas Kesehatan untuk memberantas penyakit Tubercolosis di Gunungkidul. Pasalnya selain terus melakukan pendataan terhadap warga yang positif terjangkit, juga harus terus melakukan sosialisasi ancaman penyularan penyakit dengan batuk menahun ini.

Advertisement

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul Sumitro mengatakan, hingga saat ini pihaknya kesulitan untuk mendata jumlah pasti pengidap penyakit TBC. Pasalnya untuk mengatahui jumlah pasti harus dilakukan survei secara khusus.

Namun, hal itu tidak bisa dilakukan karena keterbatasan dana yang dimiliki. Untuk potensi warga yang positif terjangkit, untuk saat ini masih menggunakan survei kesehatan dasar DIY tahun 2013, dimana dari 100.000 jiwa ada 74 orang yang mengidap TBC.

Advertisement

Namun, hal itu tidak bisa dilakukan karena keterbatasan dana yang dimiliki. Untuk potensi warga yang positif terjangkit, untuk saat ini masih menggunakan survei kesehatan dasar DIY tahun 2013, dimana dari 100.000 jiwa ada 74 orang yang mengidap TBC.

“Patokan kami data itu, untuk pastinya kami akan terus melakukan penyisiran terhadap warga pengidap,” kata Sumitro di sela-sela kegiatan Peringatan Hari TBC sedunia di halaman kantor Dinkes Gunungkidul, Sabtu (2/4/2016).

Data dari dinkes hingga akhir Maret ini, sudah ada 398 warga yang positif mengidap TBC. Hal itu dapat diketahui dari jumlah warga yang berobat di seluruh pelayanan puskesmas yang ada di Gunungkidul.

Advertisement

“Mungkin yang sudah positif bisa langsung ditangani dengan pengobatan yang rutin, tapi yang belum terlihat bisa jadi sumber masalah. Sebab, dari satu orang pengidap, setiap tahunnya bisa menularkan penyakit ini ke sepuluh orang yang ada di sekitarnya,” tuturnya.

Dia menjelaskan, penyakit TBC itu bisa disembuhkan. Hanya saja, prosesnya tidak mudah karena butuh kesabaran dan rutin meminum obat. Bahkan agar upaya pengobatan bisa berjalan baik, si penderita akan diawasi oleh Pendamping Minum Obat (PMO), yang biasanya dilakukan oleh orang terdekat dari penderita.

“Kalau penyakitnya yang masih di tahap awal, dengan rutin berobat selama enam bulan bisa sembuh. Tapi yang sudah kronis dan kebal obat maka butuh waktu dua tahun untuk bisa sembuh,” katanya.

Advertisement

Sumitro pun berharap, bagi warga yang telah mengidap untuk rutin memeriksakan diri dan minum obat. Menurut dia, tidak ada alasan untuk berhenti, karena semua pelayanan tersebut diberikan secara gratis. “Yang paling penting harus sabar dan telaten, karena penyakit ini tetap bisa disembuhkan,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Perkumpulan Pemberantasan TBC Indonesia (PPTI) Gunungkidul Eko Subiantoro mengatakan, yang paling penting untuk pencegahan dari penyakit ini sangat bergantung dari kesadaran masyarakat. Baik itu petugas kesehatan atau relawan PPTI hanya bisa membantu, namun kesemuanya dibalikan lagi ke masing-masing individu.

“Tugas kami hanya membantu untuk mencari warga yang berpotensi terjangkit, dan dinkes bertugas untuk memberikan pelayanan. Sedang untuk upaya penyembuhan sema tergantung dari niat para penderita,” kata Eko.

Advertisement

Dia menjelaskan, adanya gerakan menuju Indonesia bebas TBC harus dijadikan momen untuk bersama-sama memerangi penyakit ini. “Slogannya adalah TOS dari kepanjangan Temukan, Obati dan Sembuh. Untuk itu mari bersama-sama mencegah penyebaran penyakit ini secara bersama-sama,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif