Lifestyle
Senin, 4 April 2016 - 00:10 WIB

TIPS ASUH ANAK : Terlalu Cepat Anak Sekolah Berisiko Hiperaktif

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/Solopos/Maulana Surya Sejumlah anak beraktivitas seperti membaca buku, mengaktifkan komputer dan permainan tradisional di Perpustakaan Taman Cerdas Pajang, Solo, Kamis (19/12/2013).

Tips asuh anak menyatakan terlalu cepat memasukkan anak ke sekolah bisa mengakibatkan anak hiperaktif.

Solopos.com, SOLO – Umumnya, sekolah menetapkan batasan umur bagi peserta didik baru. Hal ini lantaran usia sangat memengaruhi tingkat kematangan emosional anak, serta daya serap informasinya.

Advertisement

Penelitian terbaru mengungkap fakta bahwa anak yang terlalu muda, tetapi dipaksakan orang tuanya untuk memasuki jenjang kelas yang tidak sesuai dengan batasan umurnya berpotensi mengalami gangguan kejiwaan.

Kebanyakan orang tua yang anaknya masih belum cukup umur untuk memasuki jenjang kelas tertentu hanya mempertimbangkan risiko kesulitan buah hatinya dalam menyerap pelajaran atau menjalin hubungan sosial dengan teman-teman seangkatan yang lebih tua.

Sayangnya, hanya sedikit orang tua yang mengetahui adanya risiko gangguan psikologis yang dialami anak yang belum cukup umur untuk masuk kelas tertentu, yakni attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD) alias sindrom hiperaktif.

Advertisement

Sebuah penelitian yang dihelat Taipei Veterans Hospital di Taiwan mengungkapkan anak-anak yang lahir kurang dari atau berdekatan dengan batas bawah usia untuk memasuki jenjang kelas, lebih rentan menderita ADHD ketimbang anak-anak yang lebih tua.

Sebagai gambaran, batas bawah untuk penerimaan siswa baru di Taiwan adalah yang lahir pada 31 Agustus. Riset tersebut membuktikan anak-anak yang lahir pada Agustus atau kurang cenderung lebih hiperaktif ketimbang mereka yang lahir pada September atau lebih.

Kepala penelitian tersebut, Dr. Mu-Hong Chen, menjelaskan fenomena itu terjadi setidaknya karena para orang tua dan guru lupa bahwa anak-anak yang lahir pada Agustus untuk tahun ajaran baru, nyaris setahun lebih muda dibandingkan dengan mereka yang lahir pada September.

Advertisement

Chen meneliti 370.000 anak Taiwan pada rentang usia 4-17 tahun sepanjang 1997-2011. Di antara mereka, terdapat 32.394 anak sekolah yang lahir pada Agustus. Ternyata, 2,9% di antara anak-anak tersebut didiagnosa dengan ADHD, sedangkan 2,1% lainnya sampai harus menjalani perawatan medis karena gangguan hiperaktif.

Sementara itu, terdapat 33.607 anak yang lahir pada September dalam penelitian tersebut. Sejumlah 1,8% di antaranya didiagnosa dengan ADHD dan 1,2% lainnya harus menjalani perawatan medis akibat gangguan tersebut.

Sekitar 63% anak laki-laki yang lahir pada Agustus lebih berisiko mengalami hiperaktif dibandingkan dengan anak laki-laki yang lahir pada September. Mereka juga 76% lebih rentan menjalani pe rawatan medis.

Di sisi lain, 71% anak perempuan yang lahir pada Agustus lebih berisiko mengalami ADHD, dan 65% rentan menjalani perawatan medis akibat risiko tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif