Jogja
Senin, 4 April 2016 - 11:20 WIB

Komunitas Jurnalis Bantu SDIT Ibnu Abbas

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Komunitas Jurnalis Joran Indonesia (Jojoners) menggelar aksi sosial di SDIT XI Yayasan Islam Cahaya Hati Ibnu Abbas, Pakembinangun, Pakem.

Harianjogja.com, SLEMAN- Sebanyak 40 orang Jurnalis Joran Indonesia (Jojoners) menggelar aksi sosial di SDIT XI Yayasan Islam Cahaya Hati Ibnu Abbas, Pakembinangun, Pakem Sleman.

Advertisement

Selain melakukan pembenahan perpustakaan, komunitas wartawan pecinta olahraga memancing ini juga memberikan donasi fasilitas olahraga, sumbangan buku dan alat tulis kepada para siswa. Bersama para siswa, komunitas jurnalis tersebut juga menabur ratusan benih ikan di Kali Karangasri, Karanggeneng, Pakembinangun.

Pembina Jojoners Pratama D Persadha mengatakan, kegiatan tersebut diikuti oleh wartawan foto, cetak, elektronik dan online yang memiliki hobi memancing. Selama dua tahun berdiri, Jojoners telah melakukan berbagai kegiatan yang tidak hanya melibatkan anggota, tetapi juga masyarakat umum.

“Tahun ini, Jurnalis Joran menggelar program ‘Jojoners Care to Share’ yang fokus pada bidang pendidikan,” kata Pratama, Sabtu (2/4/2016).

Advertisement

Dia mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari misi komunitas untuk lebih dekat dengan masyarakat, sekaligus ikut mencerdaskan generasi muda penerus bangsa.

Dalam setahun, katanya, Jojoners menggelar tiga hingga empat kali kegiatan. Dipilihnya SDIT Ibnu Abbas dalam program tersebut lantaran kondisi dan fasilitas di sekolah tersebut masih menyedihkan.

“Kami tergerak untuk memberikan bantuan. Ini juga menjadi cambuk bagi Pemda agar memerhatikan fasilitas di sekolah. Masak dari Jakarta ke Jogja ngasih bantuan ke Sleman yang dikenal juga dengan pusat pendidikan,” kritiknya.

Advertisement

Menurutnya, dikotomi sekolah negeri dan swasta hanya masalah administrasi saja. Pemerintah tidak boleh membeda-bedakan untuk memenuhi fasilitas pendidikan yang layak.

“Kalau fasilitas kurang layak, hanya berbekal semangat saja, itu kurang pas untuk siswa. Pemerintah wajib menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai,” katanya.

Sementara, salah seorang guru di sekolah tersebut Ratiyani mengatakan, sebanyak 109 siswa belajar di sekolah tersebut. Selain berasal dari wilayah sekitar Pakem, beberapa siswa juga berasal dari Srumbung Magelang.

“Sebagai SDIT, kami menekankan pendidikan keagamaan dengan sistem full day. Ada kegiatan menghafal alquran dan kelas empat sudah bisa membaca alquran,” terang dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif