Jogja
Senin, 4 April 2016 - 16:20 WIB

KEKERINGAN BANTUL : Kemarau Diperkirakan 8 Bulan, Bencana Kekeringan Mengancam

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kulonprogo, menerima bantuan air bersih dari PD BPR Bank Pasar Kulonprogo, Senin (14/9/2015)./ Harian Jogja-Rima Sekarani

Kekeringan Bantul mengandam paca musim kemarau nanti

Harianjogja.com, BANTUL- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Bappeda) Bantul memperkirakan bencana kekeringan tahun ini bakal lebih parah dibanding 2015.

Advertisement

Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto mengatakan, informasi yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, musim kemarau tahun ini lebih lama dibanding tahun lalu. Musim kemarau diprediksi mulai terjadi April ini hingga akhir tahun nanti.

“Waktu kemaraunya lebih lama hingga delapan bulan, tahun lalu tidak sampai delapan bulan,” terang Dwi Daryanto, Minggu (3/4/2016).

Advertisement

“Waktu kemaraunya lebih lama hingga delapan bulan, tahun lalu tidak sampai delapan bulan,” terang Dwi Daryanto, Minggu (3/4/2016).

Musim kemarau yang lebih panjang tersebut menurutnya disebabkan karena dampak pemanasan global dan perubahan iklim secara ekstrem yang terjadi beberapa tahun terakhir.

Panjangnya waktu musim kemarau diprediksi bakal memperparah bencana kekeringan tahun ini. Tahun lalu dengan kemarau yang lebih pendek, sejumlah bencana kekeringan terjadi di Bantul.

Advertisement

BPBD lanjutnya telah melakukan sejumlah persiapan menghadapi kemarau panjang. Antara lain membangun sumur dalam di lokasi yang kerap mengalami kekeringan saat kemarau.

Wilayah rentan bencana kekeringan tersebut antara lain di Desa Srimartani (Piyungan), Bangunjiwo (Kasihan), Selopamioro (Imogiri) serta di Desa Dlingoc(Dlingo). “Ada delapan titik sumur yang dibangun,” imbuhnya lagi.

Selain menyiapkan sumber air cadangan di delapan lokasi kekeringan, Pemkab Bantul juga menambah anggaran pengiriman air bersih ke lokasi kekeringan.

Advertisement

Tahun ini anggaran droping air bersih dialokasikan hingga Rp100 juta, sementara tahun lalu hanya Rp40 juta. Anggaran sebanyak itu diperkirakan mampu membiayai pengiriman air bersih hingga 500 tangki.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertanhut) Bantul Partogi Dame Pakpahan mengatakan, cuaca ekstrem saat ini telah mengganggu produksi pangan padi di Bantul. Baik karena kekeringan maupun meningkatnya serangan hama akibat cuaca yang tidak menentu.

“Kami belum dapat memastikan berapa total penurunan produksi padi saat ini, apakah tahun ini produksi akan menurun belum diketahui,” kata Partogi Dame Pakpahan.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif