Otomotif
Senin, 4 April 2016 - 12:30 WIB

INDUSTRI OTOMOTIF : Mahathir Mohamad Tinggalkan Proton Malaysia

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo dan Mahathir Mohamad. (Okezone.com)

Industri otomotif Malaysia kini tanpa sosok Mahathir Mohamad.

Solopos.com, SHAH ALAM – Kabar mengejutkan datang dari industri otomotif Negeri Jiran. Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad menyatakan mundur dari jabatannya sebagai pimpinan perusahaan produsen mobil Proton Holdings.

Advertisement

PM Malaysia periode 1981-2003 itu mendirikan Proton tahun 1983. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Malaysia mampu memiliki mobil nasional. Tetapi per 30 Maret 2016, Mahathir resmi hengkang dari perusahaan yang ia bangun itu.

”Tun Dr Mahathir bin Mohamad mengundurkan diri sebagai Ketua Proton Holdings. Kami menyampaikan rasa terima kasih kami dan menekankan peran Tun Dr Mahathir sebagai pendiri perusahaan mobil nasional,” demikian pernyataan Proton yang dimuat dalam laman resminya, Sabtu (31/3/2016).

Tidak hanya melepas jabatannya di Proton, sebagaimana dilansir laman Thestar, sebelumnya kabinet memberhentikan Mahathir sebagai penasihat perusahaan energi Malaysia, Petronas, per 11 Maret lalu.

Advertisement

Mahathir kemudian juga memilih untuk berhenti dari semua jabatannya di Universitas Teknologi Petronas (UTP). Konfirmasi itu diberikan oleh Rektor UTP, Rahim Hashim.

Keputusan itu diambil Mahathir di tengah perseteruannya dengan PM Malaysia Najib Razak. Kendati demikian saat pengumuman pengunduran dirinya, Mahathir sama sekali tidak memberikan alasan spesifik.

Anak Mahathir, Mokhzani Mahathir ketika dikonfirmasi mengatakan ayahnya memang belum menyatakan alasan resmi di balik kepergiannya dari Proton. Menurutnya ayahnya hanya ingin membuat industri otomotif Proton terhindar dari konflik politik.

Advertisement

”Keluar dari Proton merupakan keputusan besar yang sangat berat bagi ayah saya. Mungkin ayah ingin memberikan kesempatan kepada CEO Proton yang baru sebuah peluang untuk mengembangkan perusahaan tanpa tekanan politik,” ungkap Mokhzani.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif