Soloraya
Minggu, 3 April 2016 - 00:10 WIB

Rektor UMS Prof Bambang Setiadji Bertemu Presiden Jokowi

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Jokowi (JIBI/dok)

Rektor UMS Prof Bambang Setiadji menemui Presiden Jokowi.

Solopos.com, SUKOHARJO — Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof. Dr. Bambang Setiadji menemui Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka Jumat (1/4/2016).

Advertisement

Bambang menemui Jokowi bersama dengan para Pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah lainnya guna menyampaikan beberapa keperluan.

“Beliau [rektor UMS] yang tergabung pada Pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah menemui Presiden Jokowi karena rombongan pengurus itu ingin mengundang presiden untuk menghadiri suatu acara,” ujar staf Humas UMS, Budi Santoso ketika ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (2/4/2016).

Advertisement

“Beliau [rektor UMS] yang tergabung pada Pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah menemui Presiden Jokowi karena rombongan pengurus itu ingin mengundang presiden untuk menghadiri suatu acara,” ujar staf Humas UMS, Budi Santoso ketika ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (2/4/2016).

Menurut Budi, Pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Jumat diterima oleh Presiden Jokowi di Istana Merdeka. Agenda pertemuan adalah untuk mengundang Presiden Jokowi agar hadir, membuka dan sekaligus memberikan amanat pada acara Konvensi Indonesia Berkemajuan (KIB) yang akan digelar bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei di Jogjakarta.

“Presiden bersedia hadir membuka Konvensi Indonesia Berkemajuan sambil menandatangani beberapa prasasti Muhammdiyah termasuk Universitas Aisyiyah yang pertama di Indonesia,” ujar Budi mengutip keterangan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Advertisement

Sedangkan Presiden Jokowi antara lain didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara, Pratikno dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.

Lebih lanjut Budi mengatakan KIB merupakan gerakan nasional yang digagas oleh Muhammadiyah. Gerakan ini untuk menghimpun para elite dan pejabat strategis termasuk para politisi dan kepala daerah yang memiliki terobosan yang membawa kemajuan dan inspirasi pada Indonesia.

Terkait itu pihaknya akan menghimpun dan mengundang para komunitas civil society dan para tokoh daerah yang mempunyai pengalaman sebagai inspirator perubahan. “Kami juga akan menghimpun para siswa dan mahasiswa yang mengukir prestasi dalam forum itu. Kami ajak menatap Indonesia ke depan dengan sikap optimistis. Dan gunakan momentum kebangkitan nasional  menjadi bangsa yang optimistis sekaligus produktif,” kata Haedar.

Advertisement

Pada kesempatan itu, ujar Budi, presiden menyambut baik gagasan acara ini dan mengapresiasi langkah yang diambil oleh Muhammadiyah. Presiden menyambut baik dan ini dinilai sudah saatnya mengedepankan politik kerja daripada politik bicara. Presiden berpendapat politik kerja akan menciptakan bangsa yang optimistis, produktif dan sadar akan potensinya.

Pertemuan itu juga membicarakan isu radikalisme. Dalam hal ini Muhammadiyah dinilai memiliki kesepahaman dengan pemerintah bahwa Indonesia merupakan negara yang moderat dalam memahami Islam.

Potensi damai dan keamanan di Indonesia jauh lebih besar daripada potensi radikalisme yang bersifat destruktif. “Sesungguhnya potensi damai lebih besar sehingga perlu penanganan yang tidak hanya dari aspek hukum tapi juga penanganan isu. Perlu gerakan kultural yang kita miliki,” papar Haedar.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif