Miras Solo dan peredaran bisnisnya diberantas polisi. Terbaru, pengiriman ciu ke Jakarta digagalkan.
Solopos.com, SOLO – Peredaran miras Solo berupa ciu digagalkan polisi. Peredaran miras Solo berupa ciu dikendalikan oleh seseorang nara pidana.
Seorang nara pidana (napi) bernama Mardiyanto alias Bokek, 39, mengendalikan bisnis minuman keras (miras) jenis ciu asal Solo dari balik jeruji penjara.
Bokek adalah napi yang kini menjalani masa hukuman lima tahun enam bulan penjara di LP Cipinang Jakarta dalam kasus sabu-sabu (SS).
Bokek adalah napi yang kini menjalani masa hukuman lima tahun enam bulan penjara di LP Cipinang Jakarta dalam kasus sabu-sabu (SS).
Kapolsek Banjarsari, Kompol Danu Pamungkas, mengatakan bisnis miras ilegal yang dikendalikan Bokek diketahui setelah polisi menangkap istrinya di kawasan Kelurahan Ketelan, Banjarsari, tiga hari lalu lalu. Dalam penangkapan itu, polisi mengamankan 700 liter ciu yang sudah dikemas dalam botolan air mineral 600 ml sebanyak 1.150 botol.
“Ciu siap dikirim ke Ibu Kota Jakarta. Pelaku ternyata berkoordinasi dengan suaminya yang berada di LP Cipinang, Jakarta,” papar Danu kepada Solopos.com, Minggu (3/4/2016).
“Dengan alasan untuk menghidupi ketiga anaknya yang masih kecil, istrinya akhirnya melanjutkan bisnis suaminya jualan ciu,” paparnya.
Berdasarkan keterangan SL, ia bisnis ciu dibantu suaminya yang kini mendekam di LP Cipinang dua tahun terakhir. Dengan berbagai cara, Bokek bisa berkoordinasi dengan istrinya di Solo untuk menyiapkan pasokan ciu ke Jakarta. “Ciu saya kirim ke salah seorang yang sudah siap menjadi pembelinya,” ujar SL.
SL sendiri sebenarnya sudah bekerja sebagai tukang pijat di salah satu usaha jasa pijat di Kota Solo. Namun dengan alasan pendapatannya tak besar, ia akhirnya menjalankan bisnis jualan ciu dibantu suaminya.
LS mengaku sudah menjalani bisnis ciu itu sejak setahun ini. Lantaran omzet dan keuntungannya melimpah, ia pun ketagihan menjajakan minuman beralkohol tinggi itu ke para pelanggan di Jakarta, khusunya warung-warung makan.
Setiap tiga bulan sekali, ia mengirimkan ratusan liter ciu ke salah seorang penadah di Jakarta. “Keuntungannya ya buat nyekolahin anak-anak dan bayar kontrak rumah,” ujarnya.
Dalam sekali kirim ke Ibu Kota Jakarta, LS, mengaku mendapatkan keuntungan Rp5 juta-Rp7 juta. Pengiriman ciu tidak memakai jasa pengiriman paket resmi, melainkan memakai jasa bus penumpang yang menuju Jakarta. “Ciu ditaruh di bagasi. Yang penting, sopir dan kondektur mau, ya saya bayar,” ujarnya.