Jogja
Sabtu, 2 April 2016 - 06:20 WIB

DEMAM BERDARAH JOGJA : Dalam Sehari, Pertambahan Pasien 5-10 Kasus

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perawat melayani pasien anak penderita demam berdarah dengue (DBD) di ruang Instalasi Rawat Inap Anak (IRNA) RSUD dr. Iskak, Tulungagung, Jawa Tmur, Jumat (15/1/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Destyan H. Sujarwoko)

Demam berdarah Jogja kembali merenggut nyawa warga Jogja

Harianjogja.com, JOGJA-Kepala Seksi Pengendalian Penyakit, Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Jogja, Endang Sri Rahayu mengungkapkan, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Jogja dalam sehari bisa bertambah lima sampai 10 kasus.

Advertisement

Namun demikian jumlah kasus demam berdarah triwulan pertama tahun ini tidak jauh berbeda dengan triwulan pertama tahun lalu. Artinya belum ada peningkatan drastis yang pelu meningkatkan status KLB.

Endang mengatakan untuk mempercepat penanganan, saat ini semua puskesmas di Kota Jogja juga sudah tersedia reagen deteksi infeksi (NS1). Sebuah alat semacam test pack yang bisa mendeteksi demam berdarah lebih cepat. Dengan demikian diagnosa semakin cepat sehingga mempercepat penanganan.

Karena menurutnya sebelum terjadi gejala demam berdarah, menurut Endang, ada tahapan awal yang disebut demam dengue, kemudian demam berdarah yang ditandai dengan trombosit menurun yang menyebabkan panas, pusing, mual, sampai sesak.

Advertisement

Tahapan ketiga adalah demam dengue shoc syndrom (DSS) atau akut yang ditandai dengan panas, pusing, mual. Tanda-tanda bahaya lainnya tidak mau makan, muntah-muntah, tangan dan kaki mengeluarkan keringat dingin.

“Kalau dari demam katagori demam dengue sudah terdeteksi maka bisa mewaspadai dini sehingga penanganan bisa segera,” ujar Endang, Jumat (1/4/2016).

Karena itu ia mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan ke puskesmas terdekat jika mengalami gejala panas, pusing, dan mual. Ia mengingatkan supaya masyarakat mengingat hari dan jam mulai mengalami gejala tersebut, agar mempermudah petugas medis saat mendiagnosa berikut penanganannya.

Advertisement

Endang menegaskan pemberantasan sarang nyamuk menjadi fokus utama menanggulangi demam berdarah ketimbang fogging atau pengasapan. Menurutnya, fogging lebih banyak dampak negatifnya, misalnya zat vestisida saat melakukan fogging yang bisa mengganggu kesehatan. Selain itu juga fogging hanya membunuh nyamuk-nyamuk dewasa, tidak sampai membunuh jentik nyamuk.

Lebih lanjut Endang mengatakan bahwa angka bebas jentik nyamuk di Kota Jogja saat ini 79 persen. Seharusnya minimal 95 persen. Artinya tiap 100 rumah di Kota Jogja baru 21 rumah yang bebas jentik. Karena itu, menurut Endang, perlu digalakkan petugas pemburu pemantau jentik (Jumantik).

“Seharusnya jumantik itu ada tiap rumah,” ucap Endang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif