Teknologi
Sabtu, 2 April 2016 - 03:30 WIB

BISNIS STARTUP : Inilah Kesalahan yang Bikin Startup Mati

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Google for Mobile (Okezone)

Bisnis startup bisa saja mati dengan cepat karena berbagai masalah.

Solopos.com, JAKARTA — Banyak alasan yang membuat bisnis startup jatuh kemudian bangkrut. Beberapa di antaranya malah membuat startup tersebut layu sebelum berkembang.

Advertisement

Salah satunya penyebab yang sering ditemukan adalah meniru apa yang dilihat sukses di luar negeri sehingga mengabaikan apa yang dibutuhkan pengguna.

“Boleh dibilang sembilan dari sepuluh startup mati. Kesalahan yang sering kita lihat, sesimpel karena banyak teman-teman developer ingin create something yang mereka lihat dari luar,” kata salah satu Google Developer Expert, Yohan Totting, seperti dilansir Detik, Jumat (1/4/2016),

Advertisement

“Boleh dibilang sembilan dari sepuluh startup mati. Kesalahan yang sering kita lihat, sesimpel karena banyak teman-teman developer ingin create something yang mereka lihat dari luar,” kata salah satu Google Developer Expert, Yohan Totting, seperti dilansir Detik, Jumat (1/4/2016),

Totting mencontohkan, beberapa developer ada yang membuat media sosial ala Indonesia, atau meniru  layanan jasa yang ada di luar namun untuk Indonesia. Namun masalahnya, para developer ini tidak pernah berbicara dengan pengguna untuk mengetahui kebutuhan dan masukan dari mereka.

“Kalau kita lihat seperti Go-Jek, yang real di sini. Mereka sebenarnya fokus pada masalah di sekitar, dan mereka create solusi untuk orang Indonesia. Jadi untuk mem-validasi idenya itu lebih gampang ketimbang mereka berpikiran bikin social network tapi mereka enggak ngobrol dengan user-nya,” kata Yohan.

Advertisement

“Ada yang delivery makanan di Bangalore atau membantu petani di Brasil. Jadi memang fokus di lokal agar lebih mudah validasi idenya. Ngobrol langsung dengan pengguna, ini yang sering teman-teman developer sering missed,” terang Yohan lagi.

Di acara yang sama, Head of Marketing Google Indonesia, Veronica Utami, menambahkan bukan masalah memilih antara menjadi global atau lokal namun bagaimana developer bisa membuat aplikasi yang memenuhi kebutuhan pengguna secara spesifik.

“Indonesia pasar online-nya besar sekali. Jadi even cuma create untuk Indonesia saja potensinya udah besar banget. Selain itu, you helping your own country. Seperti Go-Jek, mereka membantu menyelesaikan masalah yang nyata. Kalau mereka fokus di lokal sudah besar sekali,” katanya.

Advertisement

Acara Google for Mobile salah satunya bertujuan mengasah kemampuan para developer menghasilkan aplikasi bagus yang seusai dengan pasar. Di sini, para developer dilatih pintar membidik masalah spesifik yang mau diselesaikan.

“Mencari tahu permasalahannya apa, fokus solve the problem. Ketika solusi mereka ternyata juga bisa dipakai di luar negeri, itu bonus. Tapi yang penting mengadress users spesific needs,” tambahnya.

Selain itu seperti dikutip dari Antara, Jumat (1/4/2016), Veronica mengatakan, para peserta yang hadir mendapatkan tips dan praktik terbaik mengenai cara membuat produk bermutu, berinteraksi dengan audiens, dan mengembangkan bisnis di platform seluler.

Advertisement

Terkait fakta Indonesia merupakan pasar utama Android, kata dia, sangatlah penting bagi Google untuk mendukung para pengembang dari Indonesia dalam menawarkan akses praktik terbaik saat mengembangkan aplikasi untuk Android.

“Berbicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan online, Indonesia adalah negara mobile-first. Ponsel pintar telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dan pemandangan awal yang sangat cepat tumbuh dalam menciptakan aplikasi dan games,” ungkap dia.

Dia menilai pasar aplikasi dan games di Indonesia sedang berkembang pesat, dengan ribuan pengembang lokal mencoba bersaing untuk mencari dan menyediakan aplikasi yang tepat untuk membuat hidup menjadi lebih mudah.

Kepala Pengembangan Bisnis Google, Play Kunal Soni, mengatakan Android bermula dari sebuah ide berani yang membuat standar terbuka di sektor telepon seluler.

Dia menyebutkan saat ini Android adalah platform seluler paling populer di dunia dengan lebih dari 1,4 miliar pengguna aktif secara global. Pada kegiatan pelatihan itu, Kunal berbagi tips dan trik untuk membantu para pengembang aplikasi dan games di Indonesia menjangkau pengguna, membuat aplikasi yang dikenal dan dapat membangun bisnis yang sukses.

“Google for Mobile adalah salah satu langkah yang kami lakukan untuk mencapai tujuan pada tahun 2020. Sepanjang empat tahun kedepan, para pengembang dari Indonesia akan mendapatkan akses ke berbagai referensi untuk memulai keahlian Android mereka,” ujar Kunal.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif