Jatim
Kamis, 31 Maret 2016 - 01:05 WIB

PRODUKSI MINYAK BUMI : Produksi Puncak Minyak Blok Cepu Diprediksi Tinggal 3 Tahun Jika...

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kilang minyak (migas.esdm.go.id)

Produksi minyak bumi di Blok Cepu diperkirakan hanya bertahan tiga tahun lagi.

Madiunpos.com, BOJONEGORO – ExxonMobil Indonesia memperkirakan produksi puncak minyak lapangan Banyuurip Blok Cepu di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang mencapai rata-rata 165.000 barel hari, hanya bertahan hingga tiga tahun kalau tidak ditemukan cadangan potensi minyak baru.

Advertisement

Public Affairs and Social Development ExxonMobil Indonesia (EMOI) Erwin Maryoto, di Bojonegoro, Selasa (29/3/2016), mengatakan prediksi itu berdasarkan dari perhitungan yang pernah dilakukan. ‘”Perhitungan juga terkait besarnya produksi minyak yang dihasilkan dari lapangan Banyuurip, setelah produksi puncak selesai,” kata dia.

Namun, Erwin enggan menyebutkan besarnya produksi minyak Blok Cepu, setelah produksi puncak berakhir, dengan alasan ada beberapa kemungkinan. “Saya tidak bisa menyebutkan,” katanya ketika ditanya kemungkinan produksinya akan turun menjadi sekitar 90.000 barel per hari.

Terkait pengembangan lapangan minyak Kedungkeris di Desa Ngunut, Kecamatan Dander, menurut dia, sekarang ini masih dalam tahap proses penyusunan plant of development (POD).

Advertisement

Sesuai perkiraan, lapangan minyak Kedungkeris, potensinya sekitar 200 juta barel, masih kalah dibandingkan dengan lapangan Banyuurip Blok Cepu, di Kecamatan Gayam, yang mencapai 450 juta barel.

Di lapangan setempat, katanya, hanya akan dilakukan pengeboran satu sumur minyak dengan perkiraan biaya mencapai US$100 juta. “Dengan satu sumur minyak untuk produksinya hanya berkisar 5.000-10.000 barel per hari, yang juga dijadikan satu dengan produksi minyak Blok Cepu lainnya,” tuturnya.

Menurut Erwin, produksi minyak lapangan Banyuurip Blok Cepu, rata-rata 165.000 barel per hari, dialirkan melalui pipa distribusi menuju Kapal Gagak Rimang, di laut Tuban.

Advertisement

Di kapal Gagak Rimang, yang kapasitasnya mencapai 2,2 juta barel itu, produksi minyak Blok Cepu, secara tetap diambil dengan kapal tanker minyak. “Secara tetap, produksi minyak di Kapal Gagak Rimang diambil dengan kapal tanker minyak, baik bagian minyak yang menjadi jatah Pertamina, juga jatah ExxonMobil Cepu Limited (EMCL),” ucapnya.

Di Bojonegoro, Erwin Maryoto, juga melakukan dengar pendapat dengan Komisi B DPRD terkait pendistribusian produksi puncak minyak Blok Cepu.

“DPRD ingin menanyakan pendistribuan produksi minyak Blok Cepu, sebab BUMD pemkab akan membangun kilang minyak, sehingga membutuhkan pasokan minyak Blok Cepu,” jelas Wakil Ketua Komisi B DPRD Ali Machmudi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif