Soloraya
Kamis, 31 Maret 2016 - 22:40 WIB

PERTANIAN WONOGIRI : Sorgum Menjadi Andalan Saat Kemarau

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanaman sorgum. (dok.solopos)

Pertanian Wonogiri, sorgum masih menjadi tanaman selingan para petani di Wonogiri.

Solopos.com, WONOGIRI–Tanaman sorgum masih cukup banyak terdapat di sebagian wilayah Wonogiri. Biasanya tanaman tersebut menjadi tanaman selingan para petani saat memasuki musim kemarau.

Advertisement

Wilayah yang menjadi penghasil sorgum adalah Pracimantoro, Batuwarno, Eromoko, dan Wuryantoro. Pada tahun lalu, jumlah produksi sorgum mencapai 463 ton dari 185 hektare luas lahan.

Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Wonogiri, Tri Luwarso, tanaman sorgum saat ini bukan menjadi tanaman utaman. Melainkan hanya sebagai tanaman selingan setelah lahan tidak dapat ditanami padi.

Tanaman sorgum menjadi andalan para petani di saat musim kemarau. Sebab tanaman yang pohonnya menyerupai pohon jagung tersebut cukup tahan ditanam dengan asupan air minim. Perawatan tanaman pun dinilai tidak sulit. Menurut salah satu petani sorgum di Purwoharjo, Mojopuro, Wuryantoro, Sumanto, selama ini tanaman sorgum merah atau cokelat telah menjadi andalan petani setempat saat musim kemarau. Penanaman sorgum akan dilakukan ketika memasuki musim tanam ketiga di mana sudah memasuki musim kemarau. Meski ada alternatif tanaman lain seperti jagung maupun kedelai, namun para petani lebih memilih menanam sorgum karena lebih tahan hama.

Advertisement

“Tanaman cantel [sorgum] sangat mudah ditanam. Tidak perlu pupuk maupun penyiraman. Sudah pasti bisa panen,” kata dia saat ditemui Solopos.com di Wuryantoro, belum lama ini.

Dia juga mengatakan harga sorgum pada akhir 2015 lalu meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Harga sorgum 2014 lalu hanya sekitar Rp1.700 per kilogram, tahun 2015 meningkat Rp2.900 hingga Rp3.000 per kilogram.

Menurut petani sorgum dari Purwoharjo, Mojopuro, Wuryantoro, Suhartono, tanaman sorgum telah menjadi andalan warga setempat untuk memanfaatkan lahan di musim kemarau. “Kalau pada musim tanam pertama dan kedua, para petani masih bisa menanam padi. Tapi kalau kemarau, beralih menanam cantel,” kata dia saat ditemui Solopos.com di sawahnya, belum lama ini.

Advertisement

Berdasdarkan pantauan Solopos.com, tanaman sorgum tersebut banyak dijumpai di persawahan yang ada di tepi jalan Wuryantoro-Eromoko pada musim kemarau. Sorgum yang banyak dikembangkan adalah jenis sorgum merah atau cokelat. Menurut para petani, jenis tersebut lebih aman dari serangan burung.

“Dulu sempat mengembangkan sorgum putih, tapi selalu diserbu burung, panennya sedikit. Tapi kalau yang merah burung tidak mau makan,” kata Suhartono.

Sebelumnya Kasi Produksi Bidang Tanaman Pangan DPTPH, Sidiq Purwanto, sorgum merupakan jenis tanaman yang masih bisa bertahan pada musim kering. “Bahkan pada Juni-Juli pun masih bisa tanam, dan bisa panen. Cocok untuk daerah kering seperti di Wuryantoro, Pracimantoro, Eromoko dan sebagainya,” kata dia belum lama ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif