Jogja
Senin, 28 Maret 2016 - 00:20 WIB

Organda DIY Latih Sopir Taksi Gunakan "Smartphone"

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Taksi langgar rambu di Pasar Gede, Rabu (13/8/2014). (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Organda DIY melatih supir taksi menggunakan smartphone

Harianjogja.com JOGJA- Organisasi Angkutan Darat Daerah Istimewa Yogyakarta mulai menggencarkan pelatihan penggunaan “smartphone” atau telepon pintar bagi sopir taksi menjelang pemberlakuan aplikasi pesan taksi secara online bagi taksi anggotanya.

Advertisement

“Sebelum ke aplikasi online, saat ini kami masih mengoptimalkan pelatihan penggunaan “smartphone” bagi para sopir taksi karena belum semuanya melek teknologi,” kata Ketua Organsisasi Angkutan Darat (Organda) DIY Agus Adrianto, Sabtu (26/3/2016).

Ia menargetkan pada akhir April 2016 sebanyak 260 sopir taksi dari berbagai perusahaan taksi di DIY telah menggunakan aplikasi pemesanan berbasis online yang diberinama aplikasi “Taxies”. Penerapan aplikasi itu, menurut dia juga telah mendapat dukungan dari Pemda DIY.

“Memang belum semuanya, dari 1.000 sopir taksi anggota kami, kami prioritaskan 260 sopir dulu untuk tahap awal,” kata dia.

Advertisement

Menurut dia, di DIY sudah ada satu perusahaan taksi yang telah lebih dahulu menerapkan aplikasi online yakni Say Taxi. Perusahaan tersebut telah masuk anggota Organda DIY dengan jumlah armada mencapai 200 taksi.

“Bagi kami tren penggunaan teknologi itu tidak perlu dihindari melainkan ide baru yang perlu diapresiasi untuk menunjang bisnis,” kata dia, seperti dikutip dari Antara.

Selain untuk mendongkrak okupansi taksi, menurut Agus, penerapan aplikasi pemesanan berbasis online juga sekaligus mengantisipasi masuknya transportasi tak berizin masuk ke DIY dengan model layanan yang sama.

Advertisement

“Ini juga cara kami membendung masuknya taksi-taksi tak berizin dari luar daerah yang sudah menerapkan aplikasi online,” kata dia.

Hingga saat ini, menurut dia, okupansi rata-rata taksi di DIY mencapai 46% atau mengalami tren penurunan 20% dibanding 2015. “Penurunan okupansi itu juga ditambah masih tingginya harga suku cadang yang menjadi beban peremajaan dan perbaikan armada,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif