News
Senin, 28 Maret 2016 - 19:30 WIB

GEDUNG BARU DPR : Proyek Gedung Perpustakaan DPR, Fahri Hamzah: Siapa yang Akal-Akalan?

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Rachman/JIBI/Bisnis)

Gedung baru DPR akan dibangun, setidaknya gedung perpustakaan yang digadang-gadang terbesar se-Asia Tenggara.

Solopos.com, JAKARTA — Pro dan kontra pembangunan gedung perpustakaan DPR juga terjadi di kalangan legislator. Sebagian berpendapat proyek itu sebaiknya ditunda, namun sebagian lagi menyatakan proyek itu sudah disetujui paripurna DPR.

Advertisement

Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menampik bahwa pembuatan perpustakaan merupakan proyek akal-akalan anggota dewan. “Itu akal-akalan siapa? Itu sudah ada dalam rencana besar yang disetujui paripurna. Di mana-mana, di seluruh dunia, parlemen harus dibangun. Kita belum pernah bangun gedung parlemen dan kelengkapan, seperti perpus. Ke depan, parlemen jadi cita-cita. Jangan kalian seolah-olah parlemen itu orang-orang ambisius,” ujar Fahri.

Terkait pembangunan perpustakaan tersebut, pendapat berbeda muncul dari Fraksi Gerindra. Politikus Partai Gerindra, Ahmad Muzani, mengatakan pembangunan gedung baru di Kompleks Parlemen bukanlah hal yang perlu diprioritaskan untuk saat ini. Anggota Komisi I ini memandang pembangunan tersebut janganlah menjadi prioritas saat ini.

Pasalnya, saat ini negara tengah mengalami lonjakan defisit hingga Rp290 triliun. “[Pembangunan perpustakaan] Itu kebutuhan, tapi jangan [dibangun] sekarang. Negara defisit hingga semua pos anggaran dipotong,” ujar Sekjen Partai Gerindra itu. Baca juga: Rencana Proyek Perpustakaan Dikritik, Ketua DPR: Emang Gue Peduli!

Advertisement

Sama halnya dengan Ahmad Muzani, politikus Partai Nasdem Jhonny G Plate menuturkan pembangunan perpustakaan tersebut sebaiknya ditunda.
“Saat ini mengingat kondisi keuangan negara yang belum memadai, terdapat potensi short fall penerimaan negara sekitar Rp290 triliun, maka sebaiknya pembangunan perpustakaan ditunda dan digunakan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru baru bagi masyarakat,” tuturnya.

Apalagi, menurutnya, saat ini tengah marak perpustakaan dari buku fisik ke e-books dan e–library. “Sebaikanya keseluruhan konsep perpustakaan ditinjau ulang agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan tehnologi informasi. Kompleks Parlemen lebih membutuhkan jaringan internet dan wifi yang lebih powerful agar anggota bisa mengakses data secara lebih cepat dan lebih gampang,” tandasnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif