Soloraya
Sabtu, 26 Maret 2016 - 19:10 WIB

WISATA WONOGIRI : Khayangan Setiap Tahun Menelan Korban

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Objek wisata Khayangan, Wonogiri (Rudi Hartono/JIBI/Solopso)

Wisata Wonogiri, Khayangan hampir setiap tahun menelan korban jiwa.

Solopos.com, WONOGIRI—Objek Wisata Khayangan di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri, setiap tahun menelan korban. Mayoritas korban adalah pengunjung yang sebelumnya diduga kuat mengerjakan ritual berendam. Kematian mereka kerap dihubungkan dengan klenik yang kental di kawasan wisata tersebut.

Advertisement

Khayangan sejatinya objek wisata budaya atau sejarah yang dikelola Pemerintah Kabupaten (Pemkab) sejak 1999 silam.

Lokasi itu diyakini sebagai petilasan Panembahan Senopati. Informasi yang dihimpun solopos.com di Wisata Khayangam, Sabtu (26/3/2016), Panembahan Senopati merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kasultanan Mataram atau Kerajaan Mataram Islam pada 1587-1601.

Advertisement

Lokasi itu diyakini sebagai petilasan Panembahan Senopati. Informasi yang dihimpun solopos.com di Wisata Khayangam, Sabtu (26/3/2016), Panembahan Senopati merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kasultanan Mataram atau Kerajaan Mataram Islam pada 1587-1601.

Panembahan Senopati diyakini melakukan ritual di beberapa tempat di bawah batu yang membentuk seperti gua. Tempat itu diberi nama Selo Bethek, Selo Penangkep, dan Selo Payung. Selain itu terdapat kedung atau bagian sungai yang membentuk cekungan yang dipercaya sebagai tempat pemandian Panembahan Senopati.

Seiring berjalannya waktu petilasan-petilasan di Khayangan digunakan sebagai tempat menggelar ritual bertapa untuk meminta sesuatu. Sedangkan pesiraman digunakan untuk ritual berendam. Khayangan ramai pengunjung setiap malam Jumat Kliwon, malam Selasa Kliwon, Legi, dan malam 1 Suro. Pesiraman itu lah yang diduga kuat kerap memakan korban.

Advertisement

Kebanyakan korban merupakan orang dewasa hingga orang tua. Dia memperkirakan pengunjung yang menjadi korban mencapai belasan orang. Korban berasal dari Semarang dan warga Wonogiri sendiri. Meski ada kabar orang kalap tetapi Khayangan tetap ramai pengunjung yang menggelar ritual.

“Menurut warga sebelum Khayangan dikelola Pemkab sudah banyak orang yang jadi korban. Malah ada kabar katanya sudah ada lebih dari 40 korban termasuk dua orang Pacitan itu [Hadi, 65, dan Didik, 40, yang ditemukan meninggal dunia di sungai di kawasan Wisata Khayangan Kamis lalu],” kata lelaki itu.

Warga lainnya, Utri, menginformasikan hal sama. Setiap tahun terjadi peristiwa orang kalap dan akhirnya meninggal dunia. Biasanya dalam satu peristiwa korban hanya satu orang.

Advertisement

Dia menduga para korban tewas akibat berendam di pesiraman yang sangat dalam. Setelah itu terbawa arus sungai yang deras. Dia meyakini peristiwa nahas yang terjadi karena ada kaitannya dengan unsur spiritual di Khayangan.
“Pokoknya kalau ke sini [Khayangan] jangan ada niat buruk. Berperilaku yang baik-baik saja biar direstui,” ucap dia.

Suasana mistis terasa sejak solopos.com masuk ke Khayangan. Kemistisan kian terasa saat melintas di depan petilasan-petilasan.

Bau kembang seteman, dupa, dan kemenyan tercium menyengat. Di lokasi itu terdapat sarana ritual, seperti kembang dan dupa. Tempat tersebut berkeramik dan tertata sedemikian rupa.

Advertisement

Seperti diketahui dua warga Pacitan, Jawa Timur, Hadi Sarijo dan Didik Muldiyanto, yang hilang sejak Selasa (22/3/2016) akhirnya ditemukan tewas di sungai selang dua hari. Keduanya diduga kuat sebelumnya menggelar ritual berendam di Khayangan.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif