Jogja
Sabtu, 26 Maret 2016 - 06:20 WIB

PASKAH 2016 : Paroki Promasan Siapkan Film Dokumenter Kisah Yesus untuk Galang Dana

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Umat Paroki Promasan memainkan drama kisah sengsara Yesus di kawasan Gereja Santa Maria Loudes Promasan hingga Sendangsono, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo, Jumat (25/3/2016). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Paskah 2016 dijadikan momentum untuk menggalang dana melalui pembuatan film dokumenter

Harianjogja.com, KULONPROGO-Sebanyak 100 umat Paroki Promasan beserta 40 kru pendukung menyajikan drama kisah sengsara Yesus di kawasan Gereja Santa Maria Loudes Promasan hingga Sendangsono, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo, Jumat (25/3/2016).

Advertisement

Film dokumenter dari drama tersebut rencananya akan dijual sebagai upaya penggalangan dana untuk diserahkan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Hal itu diungkapkan ketua panitia perayaan Paskah Gereja Santa Maria Loudes Promasan, Bambang Nilokoco. “Nantinya akan disumbangkan untuk orang-orang cacat, kaum miskin, lemah, dan tersingkir, serta lingkungan alam semesta,” kata Bambang.

Bambang mengatakan, Jumat Agung tahun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jalan salib dikemas dalam bentuk drama sehingga diharapkan umat bisa berdoa dengan lebih khusyuk. Tema utama yang diangkat adalah kasunyatan yang berarti realita. Menurut Bambang, saat ini banyak orang yang suka menutupi realita atau sesuatu yang sebenarnya terjadi, meskipun itu adalah hal yang benar.

Advertisement

Bambang menambahkan, panitia juga melibatkan masyarakat lintas iman. Umat muslim, Hindu, dan Budha diajak merayakan Paskah bersama. “Rangkaian Paskah seperti biasa, mulai tadi Kamis (24/3/2016) malam, Jumat Agung ini, sampai puncak perayaan kebangkitan Yesus besok Sabtu (26/3/2016) malam,” ujar Bambang kemudian.

Sementara itu, Suwantoro merasa bersyukur mendapatkan peran utama sebagai Yesus untuk pertama kalinya. Dia mengaku rajin mengikuti latihan setidaknya sebanyak 16 kali sejak Januari kemarin. “Mendekati Paskah, latihannya jadi seminggu tiga kali,” ucap Suwantoro.

Adegan pencambukan dan penyaliban menjadi yang paling sulit bagi Suwantoro. Bukan hanya rasa sakit, dia harus benar-benar bisa menghayati perjuangan dan pengorbanan Yesus kala itu. Jika diberi kesempatan lagi tahun depan, dia bertekad akan berusaha lebih baik dengan banyak latihan.

Advertisement

“Saya bersyukur karena dengan seperti ini juga dapat menghayati, tidak hanya mendengarkan kisahnya,” ungkap warga Dusun Semagung, Banjaroya itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif