Soloraya
Jumat, 25 Maret 2016 - 21:00 WIB

ASAL USUL : Asale Jantiharjo Karanganyar

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga melintas di depan Situs Perjanjian Giyanti di Kampung Kerten, RT 001/RW 008, Kelurahan Jantiharjo, Karanganyar, Jumat (18/3/2016). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Asal Usul kali ini mengenai kelurahan Jantiharjo Karanganyar.

Solopos.com, KARANGANYAR — Perjalanan menuju situs perjanjian Giyanti di Kelurahan Jantiharjo dimulai dari Karanganyar Kota melalui Jalan Karanganyar-Matesih.

Advertisement

Letak situs di belakang kantor Kelurahan Jantiharjo. Kelurahan Jantiharjo menempati lahan di antara jalan kampung dan jalan Karanganyar-Matesih. Bentuk kantor kelurahan menyudut mengikuti lahan.

Situs berada di dekat sawah yang sedang disiapkan untuk menanam padi pada musim tanam (MT) II. Bagian depan situs terdapat gapura dengan pintu di tengah. Setelah gapura terdapat tanah tanpa bangunan. Mungkin berfungsi sebagai halaman. Lalu situs yang dikelilingi pagar tembok.

Advertisement

Situs berada di dekat sawah yang sedang disiapkan untuk menanam padi pada musim tanam (MT) II. Bagian depan situs terdapat gapura dengan pintu di tengah. Setelah gapura terdapat tanah tanpa bangunan. Mungkin berfungsi sebagai halaman. Lalu situs yang dikelilingi pagar tembok.

Terdapat pohon beringin yang daunnya nyaris menutupi bangunan situs. Penduduk sekitar mempercayai keberadaan situs itu merupakan asal mula Jantiharjo. Kepala Lingkungan (Kaling) Kerten, Kelurahan Jantiharjo, Sujiyanto, mengulangi kisah yang pernah diceritakan bapaknya, Sumongali.

“Bapak saya sebelum meninggal itu beberapa kali cerita. Ada Kampung Janti di dekat situs. Situs itu katanya lokasi penandatanganan Perjanjian Giyanti. Nah, lidah orang Belanda mengucapkan Giyanti itu terdengar di telinga orang Jawa seperti Janti,” kata Sujiyanto saat dihubungi Solopos.com, Jumat (18/3/2016).

Advertisement

“Makanya jadi Jantiharjo. Begitu itu cerita Bapak. Tetua yang bisa menceritakan sejarah sudah meninggal semua. Yang ada tinggal cerita turun temurun. Kami juga sedang membuktikan melalui penelitian sejarah,” tutur dia.

Informasi lain menyebutkan situs itu tempat peristirahatan Pangeran Sambernyawa saat melarikan diri dari kejaran tentara Belanda. Dia menyampaikan salah satu warga pada zaman Belanda, Marto Sugimin, melakukan semedi di situs. Dia menemukan pelana kuda dan sejumlah barang lain.

“Temuan setelah semedi itu diserahkan ke Mangkunegaran. Lalu Pura Mangkunegaran menghadiahi kedudukan sebagai lurah,” ujar dia.

Advertisement

Sebuah yayasan yang peduli sejarah dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meneliti kebenaran informasi itu. Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang apakah lokasi itu memang digunakan untuk menyelenggarakan Perjanjian Giyanti atau bukan.

Warga sekitar menyelenggarakan kegiatan rutin setiap tahun yakni Napak Tilas Perjanjian Giyanti. Napak tilas kali terakhir atau ke-261 dilaksanakan pada Jumat (12/2). Kegiatan itu upaya warga dan pemerintah melestarikan sejarah dan budaya.

“Ada kirab sesaji dan gunungan. Lalu warga memperebutkan gunungan berisi hasil bumi dan jajan pasar. Kami berharap Pemkab bersedia campur tangan merawat peninggalan sejarah.”

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Asal Usul Asale
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif