Jogja
Selasa, 22 Maret 2016 - 23:20 WIB

PENELITIAN TERBARU : Dari 76 Negara, Minat Baca Siswa Indonesia Peringkat Ke-69

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang siswa SDN Munggung 1 Solo, Karan Wahyu Pratama (kanan) membaca Koran O didampingi ibundanya, di Taman Tirtonadi Solo, Minggu (18/8/2013). (Eni Widiastuti/JIBI/Koran O)

Penelitian terbaru berikut untuk mendorong minat membaca siswa.

Harianjogja.com, SLEMAN- USAID Prioritas mengampanyekan gerakan literasi sekolah untuk meningkatkan kualitas siswa di sekolah mitra Universitas Negeri Yogyakarta dengan membekali sekolah berbagai pelatihan.

Advertisement

“Pelatihan itu meliputi pembelajaran berbasis literasi, manajemen sekolah berbasis literasi, buku bacaan berjenjang untuk kelas awal sejumlah 600 eksemplar, dan buku bacaan non-mata pelajaran sejumlah 150 buku,” kata Koordinator USAID Prioritas Jateng-DIY Nurkolis seperti dikutip dari Antara, Selasa (22/3/2016)

Di sela pelatihan modul III praktik yang baik dalam manajemen sekolah bagi sekolah mitra UNY, Nurkolis mengatakan sejak 2014 USAID Prioritas bersama UNY sudah mulai menggiatkan literasi, baik dengan pelatihan melalui modul II, modul III maupun berbagai dukungan materi lain.

Advertisement

Di sela pelatihan modul III praktik yang baik dalam manajemen sekolah bagi sekolah mitra UNY, Nurkolis mengatakan sejak 2014 USAID Prioritas bersama UNY sudah mulai menggiatkan literasi, baik dengan pelatihan melalui modul II, modul III maupun berbagai dukungan materi lain.

“Harapan kita, anak-anak Indonesia akan memiliki budaya baca dan literasi yang baik,” kata doktor bidang manajemen itu.

Menurut dia, pangkal masalah utama adalah anak-anak Indonesia kurang memiliki minat membaca, tetapi minat menonton televisi tinggi. Rata-rata orang Indonesia melihat televisi dalam sehari selama 300 menit, padahal di negara maju rata-rata hanya 60 menit.

Advertisement

“Oleh karena pentingnya kemampuan tersebut dikuasai oleh siswa sejak awal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) juga telah mengeluarkan peraturan tentang penumbuhan budi pekerti salah satunya tentang budaya membaca 15 menit di awal pembelajaran,” katanya.

Ia mengatakan Kemdikbud juga mengeluarkan buku induk dan buku saku tentang gerakan literasi sekolah. Dalam buku tersebut dengan jelas diberikan acuan bagaimana sekolah mengembangkan sebuah komunitas untuk membangun budaya literasi.

“Salah satu yang menurut saya penting adalah dibentuk sebuah tim budaya literasi di sekolah. Hal itu juga dikuatkan dalam pelatihan ini,” kata Nurkolis.

Advertisement

Tim itu terdiri atas kepala sekolah, guru, komite, dan paguyuban kelas. Tim ini yang akan membuat rencana pelaksanaan, kemudian mengimplementasikan di sekolah dan di rumah, selanjutnya melakukan evaluasi menyeluruh secara bertahap setiap enam bulan sekali.

Menurut dia, budaya literasi perlu tagihan dan ada program-program lanjutannya. Misalnya, di ruang kelas ada sudut baca, karya siswa ditempel di dinding kelas, di tempat-tempat strategis sudah ada buku.

Selain itu, setiap semester ada lomba resensi buku, ada temu penulis, setiap Senin ada penghargaan siswa yang rajin membaca di pojok kelas dan di perpustakaan, dan berbagai kegiatan pendukung lanjutan lain yang teregulasi dengan baik.

Advertisement

Ketua Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan UNY Suwarna mengatakan budaya literasi akan memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015.

“Kegiatan itu dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik dan meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik,” katanya.

Pelatihan yang berlangsung dua hari (22-23/3) itu diikuti kepala sekolah, beberapa guru, dan komite sekolah dari 11 sekolah mitra UNY yaitu SMPN 1 Yogyakarta, SMPN 2 Depok, SMPN 5 Sleman, SMPN Sewon Bantul, SDN Giwangan, SDN Golo, SDN Gedongkiwo, SDN Ngoto, SDN Kiyaran 2, SDN Karangjati, dan SDN Gembongan.

Mereka melakukan kajian tentang bagaimana pengembangan sekolah dalam penumbuhan budaya baca dan budaya literasi, mengkaji kemajuan sekolah, keterampilan menyimak dalam MBS, dan peningkatan mutu pembelajaran.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif