Soloraya
Selasa, 22 Maret 2016 - 18:15 WIB

LONGSOR BOYOLALI : Longsor Susulan Terjadi di Gunung Nganten

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Dukuh Citran, Desa Jrakah, Selo, berada di tepi Sungai Gratan, Senin (21/3/2016), yang dipenuhi material batu dan pasir akibat banjir dari Gunung Merbabu pada Minggu (20/3/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Longsor Boyolali, warga di Jrakah, Selo, Boyolali, dan Sawangan, Wonolelo, Magelang masih waspada longsor.

Solopos.com, BOYOLALI–Kawasan perbatasan Jrakah, Selo, Boyolali dengan Sawangan, Wonolelo, Magelang, masih siaga bencana.

Advertisement

Selasa (22/3/2016) pagi tepatnya di Gunung Nganten, Dukuh Tempel, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, terjadi longsor dengan guguran material tanah hingga mencapai ribuan meter kubik. Gunung Nganten masih berada di lereng Gunung Merbabu, yakni di atas dari Dukuh Tumut dan Dukuh Tempel, Desa Jrakah, dan masih satu aliran dengan sungai yang mengalami banjir bandang, Minggu (20/3/2016) kemarin. Kawasan tersebut merupakan ladang pertanian warga dan belum masuk kawasan hutan Gunung Merbabu.

Material longsoran menutup aliran Sungai Nggremeng. “Dari Sungai Gratan atau lokasi jembatan hilang yang sebelumnya tertimbun material batu dan pasir, lokasi longsor itu naik sekitar satu kilometer. Jadi masih satu aliran sungai,” kata Kades Jrakah, Slamet, kepada Solopos.com, Selasa.

Timbunan material yang menutup aliran sungai ini dianggap berbahaya karena jika sewaktu-waktu hujan deras, banjir bandang seperti Minggu kemarin berpotensi kembali terjadi. “Kalau timbunan itu jebol, bisa saja banjir seperti kemarin. Yang siaga penuh justru warga Dukuh Citran.” Tim siaga desa (TSD) Jrakah menyurvei lokasi longsor. Longsor di Gunung Nganten diduga masih berkaitan dengan banjir bandang Minggu lalu.

Advertisement

Selain di Gunung Nganten, longsor lereng Merbabu juga telah menutup jalur alternatif Dukuh Tumut dan Dukuh Tempel. Namun di lokasi ini, longsoran berupa material tanah. Warga Dukuh Tumut yang hendak ke Tempel atau sebaliknya harus memutar sejauh 10 kilometer keluar ke jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB) terlebih dahulu. “Kami kurang tahu penyebab longsoran tadi pagi karena cuaca cerah tidak ada hujan,”

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Nur Khamdani, masih menganalisis sumber material batu dan pasir yang terbawa arus air saat banjir bandang di kawasan perbatasan Boyolali-Magelang.

“Kejadian di Jrakah itu benar-benar di luar perkiraan kami. Tim reaksi cepat kami sudah melihat ke lokasi memang itu ada limpahan air yang cukup deras disertai material dari lereng Merbabu,” kata Nur.

Advertisement

BPBD akan memasang papan peringatan di sepanjang Sungai Nggremeng di perbatasan Desa Jrakah, Kecamatan Selo dengan dengan Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Magelang. Tujuannya agar warga bisa mengantisipasi kemungkinan datangnya banjir susulan. “Banjir ini ada beberapa kemungkinan penyebab. Bisa lahan pertanian yang tidak diterasering bisa juga akibat hutan gundul di Merbabu,” imbuh Nur.

Kepala Resort Wilayah Wonolelo Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb), Sutopo, mengatakan longsoran material batu dan pasir saat banjir bandang Jrakah Minggu lalu bukan berasal dari kawasan hutan Gunung Merbabu karena jarak kawasan hutan Gunung Merbabu dengan wilayah Jrakah masih cukup jauh. Jika ditempuh dengan jalan kaki, bisa mencapai 4 jam. Kendati demikian dia tidak bisa memastikan sumber material tersebut.

Sementara, terkait penyebab banjir, Sutopo juga membantah bahwa banjir terjadi karena hutan Gunung Merbabu gundul akibat kebakaran hutan tahun lalu. menurut dia, kawasan hutan Gunung Merbabu tepatnya di kawasan Wonolelo mulai ditumbuhi rumput hijau.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif