Soloraya
Minggu, 20 Maret 2016 - 14:15 WIB

NYEPI 2016 : Umat Hindu di Juwangi Rayakan Darma Santi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Umat Hindu di Kecamatan Juwangi, Boyolali, menggelar darma santi, Sabtu (19/3/2016). (JIBI/Solopos/Istimewa)

Nyepi 2016, Umat Hindu di Kecamatan Juwangi merayakan Darma Santi di Pendapa Kecamatan Juwangi.

Solopos.com, BOYOLALI–Ratusan umat Hindu di wilayah Juwangi, Boyolali, menggelar perayaan Darma Santi yang masih merupakan rangkaian Hari Raya Nyepi, di Pendapa Kecamatan Juwangi , Sabtu (19/3/2016).

Advertisement

Darma Santi merupakan sebuah perayaan bagi umat Hindu sebagai lambang upaya mencapai kedamaian. “Darma santi itu seperti ngapura ing ngapura, saling memaafkan.  Kalau bagi umat Islam seperti halalbihalal,” kata humas penyelenggara acara Darma Santi, Purwanto, kepada Solopos.com, Sabtu.

Ada sekitar 500 umat Hindu dari berbagai desa di Juwangi yang hadir dalam perayaan Darma Santi. Perayaan tersebut juga diisi dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk oleh Dalang Ki Marwoto Gondocarito yang membawakan lakon Pandawa Gugat.

Pandawa Gugat mengisahkan prosesi Pandawa masuk ke surga mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan. “Kami sengaja memilih lakon ini dengan harapan kami sebagai masyarakat kecil juga memberikan sumbangsih dalam menegakan kebenaran.”

Advertisement

Sebelum perayaan Darma Santi, kaum Hindu di Juwangi telah menggelar beberapa kegiatan dalam rangka Nyepi. Mulai dari upacara melasti, tawur agung kesanga, hingga brata penyepian. Upacara melasti merupakan prosesi pembersihan alat-alat dan sarana untuk upacara brata penyepian. Sehari sebelum Nyepi, umat Hindu juga melaksanakan tawur agung kesana yakni membersihkan lingkungan. “Makna dari tawur agung kesana adalah wisuda bumi atau meruwat bumi dari keangkaramurkaan,” tambah Purwanto.

Hari Raya Nyepi yang juga merupakan Tahun Baru Saka 1938 sudah berlangsung 9 Maret lalu. Setelah Tahun Baru Saka, mereka menggelar rangkaian catur brata penyepian, yakni amati geni, amati lelungan, amati karya, dan amati lelanguan. “Amati geni artinya tidak menyalakan api baik lahir maupun batin, amati lelungan kami tidak bepergian, amati karya berarti kami introspeksi diri tanpa mengerjakan keseharian, amati lelanguan tidak bersenang-senang.”

Purwanto menjelaskan komunitas masyarakat Hindu di Juwangi cukup banyak. Jumlah pemeluk agama Hindu mencapai 900-an orang. Umat Hindu tersebar di tujuh desa dan satu kelurahan di Juwangi. “Semua desa di Juwangi ada umat Hindu kecuali Ngleses dan Ngaren. Juwangi punya sembilan pura.”

Advertisement

Selama ini mereka hidup berdampingan damai bersama warga pemeluk agama lain baik Kristen maupun Islam. Bahkan, pada perayaan Darma Santi Sabtu malam kemarin, dihadiri Forum Kerukunan Antarumat Beragama (Forkuma) Kecamatan Juwangi. Penyelenggara juga mengangkat tema Dengan Darma Santi Nyepi 1938 Saka/2016 Masehi Menjadikan Keberagaman sebagai Perekat Persatuan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif