Soloraya
Minggu, 20 Maret 2016 - 16:30 WIB

DINAMIKA PERTANIAN BOYOLALI : Petani di Klego Mulai Kesulitan Air, Kok Bisa?

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi Waduk Bade Boyolali, Selasa (18/8/2015). (Kharisma Dhita Retnosari/JIBI/Solopos)

Dinamika pertanian Boyolali, memasuki MT II petani di Klego mulai merasakan kekurangan air.

Solopos.com, BOYOLALI–Memasuki musim tanam (MT) II petani di Kecamatan Klego mulai mengami kesulitan air. Hal itu terjadi karena sumber air Waduk Bade masih minim sehingga belum bisa dimanfaatkan untuk irigasi pertanian.

Advertisement

Kepala Desa Banyu Urip, Klego, Mukorobin, mengatakan total luas lahan pertanian di Banyu Urip mencapai 83 hektare. Dari luasan lahan pertanian tersebut sebagian besar status pertaniannya adalah tadah hujan.

“Lahan pertanian tadah hujan mengandalkan suplai air langsung dari air hujan. Curah hujan yang mulai menurun akhir bulan ini di daerah Klego membuat petani waswas,” ujar Mukorobin saat ditemui Solopos.com di kantornya, Minggu (20/3/2016).

Menurut Mukorobin, curah hujan cukup tinggi sejak akhir tahun lalu sampai awal bulan ini membuat petani bisa panen pada MT I. Puncak panen raya padi di Banyu Urip mulai terjadi pada awal Februari sampai akhir Maret.

Advertisement

“Hasil penen MT I tahun ini lebih bagus dibandingkan MT I tahun lalu. Curah hujan yang cukup tinggi sangat menentukan hasil panen tanaman padi yang ditanam di lahan tadah hujan,” kata dia.

Setelah panen MT I, kata dia, petani mulai waswas untuk menanam padi di MT II karena kesulitan mendapatkan air akibat curah hujan pada akhir Maret mulai turun drastis. Waduk Bade, yang merupakan sumber air irigasi pertanian satu-satunya di Klego untuk membantu suplay air tidak bisa diandalkan.

“Air Waduk Bade sejak mengering pada musim kemarau sampai sekarang belum penuh. Volume air yang ada sekarang tidak cukup untuk mengairi lahan pertanian,” kata dia.

Advertisement

Ia menjelaskan lahan pertanian di Banyu Urip dengan Waduk Bade jaraknya 1,5 kilometer (km). Air di waduk hanya dapat mengaliri lahan pertanian di pinggir waduk. Selain itu, kondisi waduk yang sangat dangkal akibat sedimentasi membuat daya tampung air di waduk hanya sedikit.

“Idealnya kedalaman waduk 5 meter sampai 6 meter. Akibat sedimentasi yang cukup parah kedalaman waduk sekarang hanya 3 meter. Kami meminta Pemkab segera mengeruk waduk agar daya tampung air bertambah banyak,” kata dia.

Seorang petani Desa Bade, Klego, Sultoni, 57, mengatakan hujan deras yang terjadi sejak awal tahun lalu sampai sekarang belum mampu menambah valume air yang di Waduk Bade. Petani beberapa kali menyampaikan agar waduk dikeruk dalam forum Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Namun, sampai sekarang usulan petani tak kunjung direalisasikan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif