Jogja
Kamis, 17 Maret 2016 - 00:20 WIB

PENELITIAN ILMIAH: Geolog Muda UGM Ikuti Ekspedisi Antartika, Kuak Misteri Evolusi Bumi

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nugroho Imam Setiawan, Doktor muda Teknik Geologi UGM (berjaket biru di barisan terdepan) bersama tim ekspedisi Jepang mengikuti Winter Camp Training untuk menyiapkan ekspedisi Japan Antartics Research Expedition November 2016-Maret 2017 mendatang. (JIBI/Harian Jogja/Ist)

Penelitian Ilmiah ini berusaha menguak misteri Evolusi Bumi yang masih menjadi teka-teki bagi para geolog.

Harianjogja.com, JOGJA-Geolog Indonesia dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Nugroho Imam Setiawan, mendapat kesempatan langka mengikuti ekspedisi penelitian di Benua Antartika.

Advertisement

Ia akan menjadi geolog pertama dari Indonesia yang akan tinggal menetap di Benua Abu-Abu untuk menyingkap misteri Bumi. Bersama rombongan Japan Antartics Research Expedition, Dosen Teknik Geologi UGM itu akan ikut serta meneliti dinamika geologis di benua terdingin sejagat itu pada masa lalu dan pengaruhnya dalam evolusi Planet Bumi.

Sebagian besar anggota tim ekspedisi berasal dari Jepang. Pria 33 tahun peraih gelar PhD dari Kyushu University, Jepang, pada 2013 itu, menjadi satu-satunya peneliti Indonesia yang terlibat dalam penelitian dari tim geologi itu. Bahkan ia akan menjadi wakil ASEAN satu-satunya dalam penelitian yang diharapkan menjadi kunci penentu masa depan planet ini.

Advertisement

Sebagian besar anggota tim ekspedisi berasal dari Jepang. Pria 33 tahun peraih gelar PhD dari Kyushu University, Jepang, pada 2013 itu, menjadi satu-satunya peneliti Indonesia yang terlibat dalam penelitian dari tim geologi itu. Bahkan ia akan menjadi wakil ASEAN satu-satunya dalam penelitian yang diharapkan menjadi kunci penentu masa depan planet ini.

Kesempatan Nugroho untuk terlibat dalam ekspedisi super langka ini tak datang begitu saja. Selain Nugroho, ada dua peneliti dari negara non-Jepang yang ikut serta dalam ekspedisi itu berasal dari Mongolia dan Sri Lanka.
Untuk bisa mendapat kesempatan ini, peraih gelar Master di Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung itu harus menjalani sejumlah seleksi sejak 2011 lalu. Sebetulnya selain tim geologi, ada sekitar 60 ilmuwan yang terlibat dalam ekspedisi ini. Puluhan ilmuwan tersebut terbagi dalam beberapa disiplin ilmu mulai dari biologi, astronomi, glasiologi, oceanografi, geofisika dan lain sebagainya.

Misi ke Antartika yang akan dilakoni Nugroho ini dijadwalkan dilangsungkan dari November 2016 hingga Maret 2017 mendatang, terdiri dari satu bulan perjalanan laut, dua bulan meneliti di daratan Antartika dan satu bulan perjalanan kembali melalui laut.

Geolog Muda UGM ini akan berkemah di Antartika.

Advertisement

“Suhu terendah rata-rata di kamp kami nanti sekitar minus 5,5 derajat Celcius. Itu suhu rata-rata. Jika ada blizzard [badai salju] bisa mencapai minus 10 derajat Celcius,” kata pengajar di di Teknik Geologi UGM itu saat dihubungi Harianjogja.com, Selasa (15/3/2016).

Sebagai perbandingan, air di muka Bumi ini akan membeku pada suhu 0 °C. Bisa dibayangkan bagaimana menusuk tulangnya menetap berhari-hari di Benua itu. Agar riset itu berjalan lancar, Nugroho bersama tim mengikuti latihan hidup di suhu dingin yang ekstrem. Pada 7-11 Maret lalu, ia melakukan winter-camp training di Pegunungan Norikura, Nagano Prefektur, Jepang yang bersuhu minus 5 derajat celsius.

“Kami latihan bagaimana berjalan di salju tebal, melakukan rescue (pertolongan), dan menghadapi kondisi darurat,” kata mantan Ketua Mapala Magmagama Teknik Geologi UGM itu.

Advertisement

Di Antartika nanti, Nugroho dan tim geologi akan mengambil sejumlah sampel batuan dan membandingkannya dengan batuan-batuan di wilayah pecahan Antartika. Analisis akan dilakukan pada sampel batuan untuk mengungkap teka-teki evolusi Bumi yang belum terjawab.

Nugroho menjelaskan, Antartika dahulu jauh lebih luas dari sekarang. Daratan tersebut terpecah-pecah dan menjelma menjadi beberapa daratan di antaranya Sri Lanka, Madagaskar dan Australia.

“Tim kami ingin merekonstruksi bagaimana [daratan] itu bisa terpecah, ” kata alumnus SMAN 2 Jogja angkatan 2000 itu.

Advertisement

Nugroho mengakui, riset yang dilakukan itu tidak akan memberi manfaat secara langsung dalam waktu dekat. Namun, bukan berarti riset tidak bermanfaat dalam jangka panjang. Justru melalui riset ini, evolusi planet Bumi bisa dipelajari lebih jauh sehingga berguna dalam pengambilan kebijakan terkait nasib planet ini ke depan.

“Target kami adalah mengungkap misteri evolusi Bumi,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif