Jogja
Selasa, 15 Maret 2016 - 10:55 WIB

PENANGANAN SARKEM : Kondisi Dulu dan Sekarang Jauh Berbeda, Apa Saja?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana pengajian di Balai RT 16, RW 03 Kampung Sosrowijayan Kulon, Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen, Jumat (4/3/2016) malam. (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Penanganan Sarkem dikembalikan kepada tiap pihak terkait.

Harianjogja.com, JOGJA — Dalam pertemuan antara pengelola losmen, pramuria, pemerintah Kota (Pemkot) Jogja untuk membahas Pasar Kembang (Sarkem), turut hadir perwakilan dari DPRD DIY.

Advertisement

Anggota Komisi C DPRD DIY, Chang Wendriyanto yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan kondisi Sarkem saat ini sudah jauh berubah. 2013 lalu tercatat sebanyak 519 pramuria bekerja di Sarkem. Saat ini jumlahnya tinggal sekitar 280 orang. Berkurangnya pekerja di Sarkem itu diiringi oleh banyaknya alumni Sarkem yang kini sukses meniti usaha lain di luar bisnis prostitusi.

“DI Tasikmalaya bahkan ada yang sukses jadi pengusaha konveksi bordir,” ungkap Chang dalam pertemuan para pengelola losmen dan pramuria dengan pemerintah kota Jogja dan DPRD DIY di Balai RW 3 Sosrowijayan Kulon Senin (14/3/2016).

(Baca Juga : PENANGANAN SARKEM : Warga Sebut Pemerintah Jangan Gegabah Menutup, Ini Alasannya)

Advertisement

Hal itu menurutnya menunjukkan ada alternatif solusi bagi pemerintah untuk menangani Pasar Kembang. Bukan dengan penutupan melainkan dengan program pemberdayaan. Sejauh ini program pemberdayaan yang berlangsung dinilai cukup efektif untuk mengentaskan pramuria yang sebelumnya menjajakan diri di Sarkem.

“Penutupan bukan solusi, tapi pemberdayaan bisa jadi solusi untuk mengentaskan mereka dengan memberikan keterampilan baru. Semoga dari sini akan muncul pengusaha sukses lainnya,” tandas Chang.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif