Jogja
Selasa, 15 Maret 2016 - 11:40 WIB

HARGA BAHAN BAKAR KHUSUS : Harga Turun, Warga Diharapkan Beralih ke BBK

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Konsumen membeli bahan bakar pertalite di SPBU Gumulan, Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Jumat (14/8/2015). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos/dok)

Harga bahan bakar khusus turun, warga diharapkan beralih menggunakan BBK

Harianjogja.com, JOGJA–Harga bahan bakar khusus (BBK) kembali mengalami penurunan per 15 Maret 2016 pukul 00.00 WIB. Evaluasi harga dilakukan secara rutin.

Advertisement

External Relation PT Pertamina MOR IV Jawa Tengah-DIY Reno Fri Daryanto mengatakan, harga BBK untuk wilayah Jateng DIY per liter kembali turun yakni untuk pertalite menjadi Rp7.300 dari Rp7.500, pertamax Rp7.850 dari Rp8.050, pertamax  plus Rp8.750 dari RpRp8.950, pertamina dex Rp8.700 dari Rp8.900, dan solar non subsidi menjadi Rp7.250 dari harga sebelumnya Rp7.650. Penurunan harga sebelumnya terjadi pada 1 Maret 2016.

“Yang turun harga BBK alias BBM nonsubsidi Pertamina yang memang mekanisme penentuan harganya ditentukan oleh Pertamina,” ujar dia, Selasa (15/3/2016).

Lebih lanjut Reno mengatakan, untuk harga BBK memang dilakukan evaluasi harga jual setiap dua minggu sekali. Biasanya dilakukan pada tanggal 1 dan 15. Evaluasi ini rutin dilakukan. Untuk harga BBM subsidi (solar) dan BBM penugasan (premium) tidak mengalami perubahan karena kebijakan harganya berada di tangan Pemerintah.

Advertisement

“Ya banyak faktor mbak [yang mempengaruhi penurunan harga], salah satunya itu [turunnya harga minyak dunia],” papar dia.

Ia berharap, dengan penurunan harga dan disparitas harga yang kecil, akan ada perpindahan konsumen dari bahan bakar bersubsidi ke BBK. Hal itu juga akan lebih bagus untuk korporasi dari sisi keuntungan. Selain itu, dengan beralihnya ke BBK, maka subsidi yang dikeluarkan Pemerintah bisa berkurang.

“Kita berharap masyarakat pakai BBK yang performanya lebih bagus. Kendaraan-kendaraan jenis baru juga ada minimal RON [kualitas bahan bakar] yang disarankan,” papar dia.

Advertisement

Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana Migas) DIY Siswanto mengungkapkan, penurunan harga ini merupakan konsekuensi dari penurunan harga minyak dunia yang stagnan di angka US$32 hingga US$34 per barrel. “Bagi kami enggak ada masalah. Nah untuk masyarakat kan diuntungkan karena mendaparkan BBK dengan harga yang murah,” ujar dia.

Perbedaan harga yang semakin kecil itu dipercaya akan meningkatkan omzet BBK. Masyarakat akan semakin cermat memilih bahan bakar yang lebih berkualitas. Dimungkinkan akan ada migrasi konsumen dari pengguna premium dan solar bersubsidi ke BBK. Masyarakat akan berhitung, dengan harga yang tidak terpaut sangat jauh, mereka mendapatkan bahan bakar yang lebih baik kualitasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif