Soloraya
Senin, 14 Maret 2016 - 12:42 WIB

BUTA AKSARA KLATEN : Duh, 31.024 Warga Klaten Tak Bisa Membaca

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Warga Membaca Buku. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Buta aksara Klaten, puluhan ribu warga Klaten masuk kategori buta aksara

Solopos.com, KLATEN–Sebanyak 31.024 warga di Klaten masih tergolong sebagai warga yang mengalami buta aksara. Parahnya lagi, jumlah tersebut didominasi usia produktif, yakni usia 15 tahun-49 tahun.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Non Formal (PNF) Dinas Pendidikan (Disdik) Klaten, Liestyawati, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Senin (14/3/2016). Data tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Klaten.

“Sebenarnya 2008, buta aksara di Klaten ini sudah tuntas. Tapi, akhir-akhir ini penyakit itu kambuh lagi. Lantaran mereka yang malas mengembangkan diri, otomatis kembali lagi ke buta aksara. Inilah yang menjad pekerjaan rumah (PR) kami ke depan. Harapan saya, buta aksara di Kota Bersinar tahun ini dapat dituntaskan lagi sebagaimana 2008,” katanya.

Liestyawati mengatakan upaya memerangi buta aksara di Klaten dilakukan dengan menggandeng seluruh elemen masyarakat. Hal itu termasuk menggandeng para pendidik, pamong desa, dan tokoh masyarakat (tomas) atau tokoh agama (toga). Melalui komunikasi yang baik, target mengentaskan buta aksara di Klaten diharapkan dapat dengan mudah direalisasikan.

Advertisement

“Ceritanya, kami harus mengulang lagi pekerjaan di 2008. Kami akan ajak warga untuk belajar kembali. Setelah itu, kami akan lanjutkan ke konsep desa vokasi, di mana masing-masing warga di desa diberi kegiatan yang mengandung nilai ekonomi [seperti pemberian diklat pembuatan keripik singkong bagi ibu-ibu]. Selain itu, kami juga kembangkan taman bacaan masyarakat nantinya,” katanya.

Disinggung tentang anggaran yang disiapkan untuk memberantas buta aksara di Klaten, Liestyawati mengatakan sudah menyiapkan hal itu. Penganggaran pemberantasan buta aksara termasuk dalam kegiatan pemberdayaan perempuan. Sumber anggaran berasal dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten (pemkab).

“Dari kementerian keuangan senilai Rp112 juta, dari provinsi senilai Rp234 juta, dari APBD Klaten senilai Rp60 juta, dan dari APBN senilai Rp 40 juta. Sehingga jumlah anggaran yang disiapkan senilai Rp446 juta,” katanya.

Advertisement

Kepala Disdik Klaten, Pantoro, mengakui masih adanya warga di Klaten yang tergolong buta aksara disebabkan ketidakmauan warga yang bersangkutan untuk mengembangkan potensi diri. Mestinya, setiap warga menggalakkan program membaca setelah program pengentasan buta aksara di 2008 rampung dilangsungkan.

“Kami harus kerja keras lagi mengentaskan buta aksara di tahun ini. Ke depan, kami akan menggalakkan program budaya membaca bagi siapa pun. Hal itu bisa dilakukan melalui lembaga pendidikan, baik formal dan nonformal,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif