News
Minggu, 13 Maret 2016 - 12:40 WIB

PENGGEREBEKAN DENSUS 88 : Pengamat Sangsi Siyono Tewas Karena Melawan Densus 88

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Densus 88 (Dok/JIBI/Solopos)

Penggerebekan Densus 88, pengamat menilai sangat kecil kemungkinan terduga teroris melawan petugas Densus 88 saat diperiksa.

Solopos.com, JAKARTA–Pengamat terorisme, Mustofa B. Nahrawardaya, menganggap pemerintah perlu mengaudit total kinerja satuan khusus anti-terorisme atau yang lebih dikenal dengan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. Dia mengatakan kinerja Densus 88 belakangan menjadi sorotan akibat arogansi yang ditunjukkan.

Advertisement

“Saya tentu tidak percaya pengawalan dari Densus yang memiliki standar baku memborgol tangan dan kaki bisa membuat terduga teroris Siyono melawan. Boro-boro berkelahi. Terduga [teroris] menggerakkan tangan saja, kemungkinan sudah ditembak mati karena dianggap melawan,” kata Mustofa seperti dilansir Bisnis.com, Minggu (13/3/2016). .”

Sebelumnya, Siyono, 39, seorang terduga teroris dari Klaten, tewas dalam pemeriksaan pada Jumat lalu. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto mengatakan Siyono tewas akibat kelelahan setelah berkelahi dengan Densus 88 di dalam mobil.

Mustofa mengatakan kematian Siyono menyisakan sejumlah pertanyaan. Maka, kata dia, pemerintah perlu mengusut tuntas kejadian ini. “Jika perlu, audit total terhadap satuan khusus anti terorisme ini. Kenapa harus diaudit, karena kenaikan anggaran Rp1,9 triliun untuk Densus 88, diakui Luhut Panjaitan adalah untuk kenaikan gaji 400 anggota Densus, Peremajaan alat, penguatan intelijen, dan sebagainya,” kata dia.

Advertisement

Selain itu, menurut pengurus Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menganggap perlu evaluasi cara penggeledahan Densus 88. Dia menganggap banyak pelanggaran di lokasi penggerebekan, termasuk di TK Roudhatul Athfal Klaten beberapa waktu lalu. Penggeledahan, kata dia, tak patut dilakukan karena anak-anak TK sedang belajar di lokasi. “Jika fungsi intelijen akan ditingkatkan dengan kenaikan anggaran, cara-cara brutal seperti itu jelas tidak elok,” kata dia.

Perilaku Densus selama penggeledahan yang tanpa melihat situasi, selain menyebabkan anak-anak trauma, sangat berpotensi menimbulkan dendam kesumat yang tersimpan di benak para siswa. Cara-cara itu hanya akan melahirkan teroris baru di kemudian hari.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif