Soloraya
Minggu, 13 Maret 2016 - 19:00 WIB

PENAMBANGAN GALIAN C BOYOLALI : Getaran Alat Berat Kacaukan Seismograf Gunung Merapi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas pos pengamatan gunung merapi, Purwono (kiri) berbincang dengan pengunjung pos, Minggu (13/3/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Penambangan galian C Boyolali, getaran yang ditimbulkan alat berat sempat terekam seismograf Merapi.

Solopos.com, BOYOLALI–Aktivitas ekskavator di sejumlah lokasi penambangan pasir dan batu di wilayah Selo, Boyolali, sempat mengganggu kegiatan pemantauan seismik Gunung Merapi.

Advertisement

Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan dan Geologi (BPPTKG) merekam getaran dari seismograf yang ada di Stasiun Jurang Grawah. “Getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat berat itu sampai tercatat di seismograf kami yang paling dekat dengan lokasi. Ya, yang di Stasiun Grawah itu, kemudian terekam di sini [pos pemantauan Merapi Jrakah],” kata Penanggung Jawab Pos Pemantauan Gunung Merapi Jrakah, Purwono, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Minggu (13/3/2016).

Dia bisa memastikan sumber getaran itu dari aktivitas alat berat karena sifatnya lokal dan hanya terekam di stasiun terdekat. Kondisinya akan berbeda jika sumber getaran itu berasal dari dalam bumi atau dari perut Gunung Merapi, maka akan terekam di semua stasiun.

“Ini lokal. Memang getaran yang terekam dalam seismograf kami tidak besar, skalanya masih sangat kecil, tidak signifikan, tapi itu terlihat dan cukup mengganggu,” kata dia.

Advertisement

Kondisi ini terjadi hampir setiap hari saat belasan ekskavator masih leluasa mengeruk material pasir dan batu di lereng Gunung Merapi. “Beberapa hari ini agak sepi. Tidak ada suara lagi yang terdengar, katanya akan ditertibkan. Kalau sudah ada penertiban ya syukurlah memang alangkah baiknya seperti itu, aturan yang ada tentang penambangan harus ditaati bersama.”

Dia menilai akibat dari penambangan liar di lereng-lereng Merapi jalur untuk aliran lahar hujan dari Gunung Merapi menjadi tak karuan. Banyak tebing yang rusak sehingga sudah tak sesuai lagi dengan wujud asli bentukan alam.

Di satu sisi, Purwono juga menyebut saat ini Gunung Merapi masih berada dalam status sangat aman. “Dari dalam perut bumi tidak terpantau adanya aktivitas apa-apa, aman. Potensi bencana alam besar seperti 2010, kemungkinan masih sangat lama, butuh waktu mungkin seratusan tahun lagi.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif