Teknologi
Sabtu, 12 Maret 2016 - 13:52 WIB

GERHANA MATAHARI TOTAL : Satelit Lapan Rekam Jalur Bayangan Bulan Saat GMT

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gerhana matahari terlihat di Monumen Kemerdekaan, Phnom Penh, Kamboja, Rabu (9/3/2016). (JIBI/Solopos/Reuters/Samrang Pring)

Gerhana matahari total (GMT) 2016 di Ternate disebut yang paling istimewa. Ada bayangan bulan yang terekam satelit Lapan.

Solopos.com, JAKARTA — Satelit LAPAN-A2/ORARI milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berhasil merekam jalur bayangan bulan di atas Ternate hingga Halmahera saat fenomena alam Gerhana Matahari Total (GMT) pada 9 Maret 2016.

Advertisement

Sebagaimana dikutip dari Antara, Sabtu (12/3/2016), Kepala Bagian Hubungan Masyarakat LAPAN, Jasyanto, di Jakarta, mengatakan, selain melakukan pengamatan di beberapa wilayah terjadinya fenomena alam GMT menggunakan teleskop, LAPAN juga melakukan pemantauan gerhana matahari melalui satelit yang dioperasikan oleh stasiun bumi.

Menurut dia, fase-fase terjadinya fenomena alam gerhana matahari total juga tak lepas dari pantauan Satelit LAPAN-A2/ORARI yang baru saja mengorbit di 2015.

Advertisement

Menurut dia, fase-fase terjadinya fenomena alam gerhana matahari total juga tak lepas dari pantauan Satelit LAPAN-A2/ORARI yang baru saja mengorbit di 2015.

Satelit ini beroperasi melakukan pemantauan di daerah Maluku. Kemampuan muatan video satelit LAPAN-A2/ORARI ini adalah melakukan pemantauan on-demand secara near real time.

Sebagaimana dapat dilihat dalam video hasil penerimaan satelit tersebut dalam link https://www.dropbox.com/s/8p80d1kkiwe4jp7/GMT_BiakEdit2.avi?oref=e&n=103309671.

Advertisement

Pada saat itu, lintasan fenomena alam GMT ditunjukan dengan garis warna merah. Dari garis-garis lintasan tersebut, digambarkan Ground track LAPAN-A2/ORARI bergerak lebih cepat dari ground track gerhana sehingga berhasil menyusul ke wilayah yang tertutup bayangan Bulan, ditunjukkan pada pukul 00.52.40 GMT.

Paparan pantauan gerhana oleh video Satelit LAPAN-A2/ORARI digambarkan dari citra permukaan bumi yang semula terlihat jelas tiba-tiba berubah gelap. Dalam proses pemantauan ini, kamera satelit mulai menangkap gambar di wilayah Gorontalo untuk mengamati kondisi gerhana yang terjadi di wilayah Ternate dan Halmahera.

Data hasil tangkapan gerhana dari Satelit LAPAN-A2/ORARI ini diterima dan diolah oleh Tim Stasiun Bumi LAPAN Rancabungur bekerja sama dengan Tim Stasiun Bumi LAPAN Rumpin dan LAPAN Biak.

Advertisement

Berakhirnya fenomena alam GMT juga memandai selesainya penelitian bersama antara Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) dengan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Terkait hasil penelitian, salah satu peneliti LAPAN, Emmanuel Sungging, mengatakan sudah cukup puas dengan data yang sudah dikumpulkan meski terkendala cuaca di Maba.”Paling tidak kami mendapat data yang bisa kami diskusikan,” kata Sungging lewat pesan singkat kepada Okezone, Jumat (11/3/2016).

Hasil dari penelitian ini belum tersedia dan baru akan diungkap Juni mendatang. Hal itu dikarenakan data penelitian masih harus diolah terlebih dulu. “Saat ini belum, mungkin nanti simposium di Juni, kami harus analisis datanya dulu,” tutupnya.

Advertisement

Seperti diketahui, LAPAN bersama NASA melakukan ekspedisi ke Pulau Maba, Halmahera Utara. Perjalanan ini bertujuan untuk meneliti efek  fenomena alam gerhana matahari terhadap Bumi.

NASA dan LAPAN memiliki misi yang sama , yaitu untuk meneliti bagaimana elektron bebas yang dihasilkan korona. Dalam penelitian kemarin, NASA membawa teleskop canggih sebagai instrumen penelitian.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif