Lifestyle
Jumat, 11 Maret 2016 - 09:35 WIB

PRODUK KESEHATAN : Catat, Organik Bukan Herbal, Herbal Belum Tentu Organik

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi obat herbal (JIBI/Solopos/Dok)

Produk kesehatan terkadang belum dipahami terkait perpedaan antara produk herbal dan  produk organik.

Solopos.com, SOLO – Selama ini di tengah masyarakat masih rancu tentang perbedaan produk organik dan herbal. Beberapa menganggap keduanya sama, padahal jelas berbeda.

Advertisement

Tidak semua produk organik adalah herbal, begitu pula produk herbal tidak seluruhnya organik. Secara definisi, organik mempunyai arti tidak mengandung bahan sintetis. Artinya produk organik adalah hasil dari sistem pertanian organik.

Sementara herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan lebih dalam pengobatan. Produk herbal dapat dihasilkan dari sistem pertanian konvensional maupun organik.

Anggota Jaringan Kerja Pertanian Organik (Jaker PO), Kurniawan Eko Yulianto menerangkan pertanian organik adalah sebuah sistem pertanian yang menggunakan bahan-bahan dari alam, bukan sintetis atau buatan.
Bahan-bahan sintetis itu dapat berupa pupuk maupun pestisida yang digunakan selama bercocok tanam.

Advertisement

Eko menjelaskan, produk organik dapat berupa tanaman pangan, holtikultura sayuran, buah, tanaman perkebunan, dan rempah-rempah. Sementara produk herbal, berasal dari tanaman atau hewan.

“Produk herbal yang dikenal sejak lama misalnya empon-empon dan madu. Sekarang jenisnya makin banyak berkat maraknya riset. Misalnya, kulit buah manggis, daun sirsak, teripang, propolis, dan lain sebagainya,” kata dia, saat berbincang dengan solopos.com, Selasa (8/3/2016).

Lebih jauh dijelaskan, produk pertanian organik sedikitnya terbagi menjadi dua, yakni organik murni dan semi organik. Organik murni tidak menggunakan pupuk dan pestisida sintetis, sementara semi organik masih menggunakan bahan sintetis, dengan mengurangi takarannya.

Advertisement

“Produk organik ini harus melalui sertifikasi. Belum tentu tidak memakai bahan sintetis sudah bisa disebut organik. Harus diperhatikan aspek lingkungan. Jika sekitar lahan pertanian organik masih menggunakan bahan sintetis, tanaman tersebut memiliki resiko tercemar dan tidak bisa disebut organik,” ungkap Eko.

Idealnya untuk lolos kategori organik, sistem pertanian di satu lingkungan harus kompak menerapkan sistem organik. Latar belakang penerapan sistem itu dapat didasari pada prinsip ekologi maupun kesehatan.

“Petani beralih ke sistem organik karena ingin menjaga kelestarian lingkungan. Dari segi kesehatan, produk organik lebih sehat untuk dikonsumsi tubuh,” tuturnya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif