Soloraya
Jumat, 11 Maret 2016 - 20:40 WIB

PENGERUKAN WADUK CENGKLIK : Warga Mulai Tinggalkan Lahan Pertanian di Cengklik

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani menggarap lahan di waduk Cengklik yang surut karena musim kemarau. (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Pengerukan Waduk Cengklik, warga sekitar Waduk Cengklik mulai meninggalkan lahan pertanian karena proses pengerukan akan dimulai.

Solopos.com, BOYOLALI–Sejumlah warga yang memanfaatkan Waduk Cengklik untuk lahan pertanian mulai meninggalkan lahan mereka. Hal dilakukan warga setelah Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) akan mengeruk waduk mulai bulan depan.

Advertisement

Salah seorang warga Parini, mengatakan setiap musim kemarau warga yang tinggal di sekitar Waduk Cengklik banyak memanfaatkan tanah waduk untuk bercocok tanam. Tanaman yang ditanam warga mulai dari kacang tanah, kacang hijau, jagung, dan padi.

“Kami sudah belasan tahun memanfaatkan tanah di tengah dan pinggir waduk untuk bercocok tanam,” ujar warga Desa Sobokerto, Ngemplak, Parini saat ditemui Solopos.com di pinggir waduk, Jumat (11/3/2016).

Parini mengatakan warga bercocok tanam di pinggir hingga di tengah waduk hanya dilakukan pada saat musim kemarau. Pada musim hujan seperti sekarang yang masih bisa ditanami  bagian sisi barat waduk atau tepatnya di Desa Ngargorejo, Ngemplak.

Advertisement

Ia mengaku selama ini mengolah tanah di tengah waduk seluas 1.000 meter persegi untuk ditanami padi. Musim kemarau kemarin masih bisa panen setelah memanfaatkan suplay air dari waduk. Namun, pada musim tanam (MT) I gagal panen akibat tanaman padi yang masih berumur 40 hari tenggelam akibat meluapnya air di waduk.

“Risiko menanam padi dengan memanfaatkan tanah di waduk gagal panen. Kami sudah terbiasa mengalaminya belasan tahun,” kata dia.

Parini mengatakan warga yang biasanya bercocok tanam dengan memanfaatkan tanah di waduk mulai meninggalkan lahan pertanian setelah BBWSBS akan melakukan pengerukan waduk. BBWSBS sudah mengimbau kepada warga agar tidak lagi menanam tanaman di waduk.

Advertisement

“Kami hanya bisa pasrah dengan rencana pengerukan waduk. Saya tidak punya uang untuk menyewa tanah untuk pertanian. Selama ini menanam padi di waduk gratis,” kata dia.

Senada diungkapkan warga lainnya, Masduki. Menurut dia, tanah seluas 1.300 meter persegi yang ditanami tanaman padi dalam waktu tiga pekan kedepan sudah panen. Setelah penen akan meninggalkan lahan pertanian karena BBWSBS akan mengeruk waduk.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif