Jogja
Jumat, 11 Maret 2016 - 17:20 WIB

DESA RAMAH GENDER : Warga Desa Diajak Melek Gender

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih saat melakukan dialog publik dengan warga Dusun Wonolelo, Pleret, Bantul, Kamis (10/3/2016). (Yudho Priambodo/JIBI/Harian Jogja)

Desa ramah gender mulai dikenalkan melalui kegiatan dialog publik

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Maju Bersama dengan salah satu Program Perataan Lingkungan Pemukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) mengadakan dialog publik bersama Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih di Balai Desa Wonolelo, Pleret, Bantul, Kamis (10/3/2016).

Advertisement

Dengan Tema PLPBK Menuju Desa Ramah Gender, dialog publik tersebut dihadiri puluhan warga Dusun wonolelo.

Menjadi salah satu narasumber, Wakil Bupati Bantul Abdul Halim mengatakan tema Menuju Desa Ramah Gender merupakan salah satu cara menyadarkan masyarakat oleh pentingnya persepsi terhadap pengarusutamaan gender.

“Masyarakat perlu menyadari betul hal tersebut, stigma gender laki-laki yang selama ini adalah seorang yang berada di depan gender perempuan harus diubah. Pada masa sekarang perempuan mempunyai tingkat kesamaan gender dengan laki-laki. Dengan hal tersebut pastilah akan membuat rasa saling menghargai bagi laki-laki dan perempuan menjadi seimbang,” kata Abdul Halim.

Advertisement

Perwakilan dari PLPBK Budi Kristanto Wibowo mengatakan sesuai dengan hasil perencanaan PLPBK di Desa Wonolelo akan dibentuk sebagai desa ramah gender. Hal tersebut dilakukan karena masyarakat Desa Wonolelo sendiri merasa bahwa gender selain laki-laki yaitu perempuan, anak-anak, dan kaum disabilitas sudah saatnya mendapat tempat penting yang sama dengan laki-laki.

“Ini sudah sangat urgent,  dengan menyadarkan masyarakat akan hal tersebut, maka secara alamiah kita akan menyadarkan bahwa keberadaan perempuan juga sangat penting,” kata Budi.

Beberapa warga yang mendapat kesempatan untuk berdialog secara langsung terlihat sangat antusias dengan topik tersebut. Beberapa pertanyaan dilontarkan oleh warga kepada narasumber.

Advertisement

”Jika gender laki-laki dan perempuan sama berarti sekarang seharusnya laki-laki yang nurut dengan perempuan atau sebaliknya?” tanya salah satu warga, Prawoto.

Hal tersebut kemudian langsung ditanggapi oleh Wakil Bupati Bantul Abdul Halim. ”Memang kesamaan posisi disini terkadang masih diterima oleh masyarakat secara mentah, jadi bukan secara ekstrim kemudian menjadi seperti itu, namun secara tidak langsung kita dapat menghargai perempuan sebagai pihak yang penting pula, bukan semata-mata jika perempuan harus selalu nurut,” imbuh Abdul.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif