Soloraya
Kamis, 10 Maret 2016 - 15:25 WIB

KEGIATAN PEJABAT : Bersepeda Solo-Tawangmangu, Gubernur Ganjar Mampir Bekas Kontrakan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, meladeni remaja di Dompon, Karanganyar, yang meminta swafoto, saat orang nomor satu di Jateng itu mengunjungi daerah itu, Rabu (9/3/2016). (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Kegiatan pejabat Gubernur Ganjar bersepeda di sela-sela kesibukan.

Solopos.com, KARANGANYAR – Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, bersama puluhan orang nggowes dari Kota Solo menuju Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar, Rabu (9/3/2016) pagi.

Advertisement

Di tengah perjalanan, orang nomor satu di Jateng tersebut menyempatkan diri mampir di Kampung Dompon, Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten Karanganyar. Ganjar mencari bekas rumah kontrakan yang pernah ditinggalinya bersama keluarga tahun 1979.

Saat itu Ganjar tinggal di rumah kontrakan tersebut sekitar setahun, yaitu hingga tahun 1980. “Setelah dari Tawangmangu, dan sebelum tinggal di Kutoarjo, saya pernah tinggal setahun di sini [Dompon]. Saat itu bapak saya bertugas di Polres Karanganyar,” ujar dia.

Ganjar menggambarkan, kondisi rumah kontrakannya di Dompon sangat jauh dari kata layak. Hal tersebut tidak lepas dari kondisi keuangan keluarganya saat itu yang masih kekurangan. “Bapak saya dulu polisi. Polisi dulu masih susah-susah, masih miskin,” kata dia.

Advertisement

Pantauan solopos.com, Ganjar dan rombongan menyusuri satu demi satu gang di Kampung Dompon, persisnya di selatan Mapolres Karanganyar bagian timur. Perjalanan Ganjar terhenti di depan gerbang Masjid Al Mubarokah, yang tak seberapa besar.

Seolah ragu, Ganjar turun dari sepeda dan mulai mencai warga yang ada di sekitar situ. “Dulu rumah kontrakan saya di sini [Masjid Al Mubarokah]. Iya, saya masih ingat, di sini. Oo, ternyata sudah berubah jadi masjid, sudah dibangun masjid,” imbuh dia.

Ganjar mengaku masih ingat persis bangunan kuno di depan Masjid Al Mubarokah. Bangunan itu belum berubah sejak kali terakhir dia menginjakkan kaki di rumah kontrakannya. “Bangunan ini belum berubah, masih sama persis,” sambung dia.

Advertisement

Kisah lain yang diceritakan Ganjar, tentang rambak langganan keluarganya. Dulu, sebelum berangkat sekolah, Ganjar dan keluarganya selalu membeli rambak, untuk lauk sarapan. Dia sempat menanyakan kepada beberapa warga tentang nasib penjual rambak.

Tak lama kemudian, laki-laki berusia sekitar 40 tahun mendatangi Ganjar sembari memberikan rambak sekarung plastik penuh. “Wah, sik-sik pak. Matur nuwun. Iki tak tuku, tak bayare,” ujar Ganjar sembari meminta anak buahnya menyerahkan uang Rp200.000.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif