Soloraya
Kamis, 10 Maret 2016 - 08:30 WIB

GERHANA MATAHARI TOTAL : 2028, Solo Dilintasi Gerhana Matahari

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Pabelan, Kartasura, Sukoharjo memantau gerhana matahari di Kampus Kedokteran setempat, Senin (9/3/2016). (Iskandar/JIBI/Solopos)

Gerhana matahari total di Indonesia terjadi Rabu (9/3/2016).

Solopos.com, SUKOHARJO — Kepala Observatorium Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI), Assalaam, Kartasura, Sukoharjo, Sugeng Riyadi mengatakan gerhana matahari total adalah fenomena alam yang indah untuk dinikmati. Namun untuk bisa menikmati peristiwa serupa di titik yang sama butuh waktu ratusan tahun.

Advertisement

“Sebenarnya pada 1 September tahun 2016 yang akan datang, Indonesia juga ada gerhana matahari lagi. Tapi kalau di Indonesia hanya terlihat 1,3 persen sehingga tidak bisa dilihat tanpa bantuan alat tertentu,” ujar dia kepada Solopos.com ketika ditemui di sela-sela nonton bareng gerhana matahari di Assalaam, Senin (9/3/2016).

Kalau gerhana matahari yang bisa disaksikan lagi di Kota Solo, kata dia, nanti tunggu tahun 2028. Saat itu diperkirakan ada gerhana matahari lagi sebesar 93,5 persen.

Advertisement

Kalau gerhana matahari yang bisa disaksikan lagi di Kota Solo, kata dia, nanti tunggu tahun 2028. Saat itu diperkirakan ada gerhana matahari lagi sebesar 93,5 persen.

Sedangkan gerhana matahari total tahun 2028 hanya bisa disaksikan di Australia. Karena itu mereka yang ingin menyaksikan gerhana total harus pergi ke satu-satunya negara yaitu Australia.

GMT 2016

Advertisement

Sebab untuk menentukan ketepatan waktu itu harus mempertimbangkan sejumlah faktor yang mempengaruhinya. “Untuk menyaksikan gerhana matahari total di Solo seperti tahun 1983 kira-kira butuh waktu 269 tahun,” kata dia.

Sementara itu gerhana matahari yang disaksikan ribuan pasang mata di Assalaam kemarin dinilai sesuai dengan perkiraan perhitungan astronomi sebelumnya.

Dia menjelaskan kontak awal gerhana atau piringan bulan menyentuh piringan matahari terpantau pukul 06.20 WIB. Bayangan hitam pada matahari itu makin lama makin membesar hingga puncaknya terjadi pukul 07.24 WIB.

Advertisement

Selepas itu bayangan hitam berangsur mulai berkurang hingga akhirnya matahari bisa bersih dari bayangan hitam pukul 08.36 WIB. Artinya, kata Sugeng, dalam kondisi ini matahari bisa bersinar normal tanpa halangan seperti biasa.

Menurut dia kejadian ini sesuai dengan perkiraan perhitungan astronomi yang telah digariskan sebelumnya. Sehingga perhitungan tersebut dinilai terbukti tepat di lapangan.

Dia menjelaskan guna mengamati gerhana matahari tersebut pihaknya mengerahkan sembilan teleskop yang telah dimodifikasi dengan diberi filter khusus. Teleskop itu di tempatkan di tiga tempat, masing-masing di lantai enam ada enam, di lapangan ada dua dan di dom ada satu.

Advertisement

Pengamatan gerhana matahari serupa juga digelar di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Pabelan, Kartasura, Sukoharjo. Koordinator Pelaksana Kegiatan pengamatan gerhana di UMS, Ruswa Darsono mengatakan pihaknya mengerahkan tiga teleskop yang telah dimodifikasi.

“Sebenarnya kami mempunyai lima teleskop tapi sengaja hanya menggunakan tiga unit. Karena teleskop yang digunakan melihat harus ada filter dan harus diawasi. Sebab jika tidak diawasi bisa membahayakan mereka yang melihat,” papar dia.

Senada dengan Sugeng pihaknya menyaksikan gerhana matahari mulai terjadi pukul 06.20 WIB. Bayangan hitam pada matahari itu makin lama makin membesar hingga puncaknya terjadi pukul 07.24 WIB dan pukul 08.36 WIB matahari sudah bisa bersinar normal lagi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif