Fenomena alam meteori yang menyebabkan munculnya kawah Chicxulub berdiameter 180 km mulai diteliti lebih dalam.
Solopos.com, CHICXULUB — Pada 66 juta tahun lalu, jatuhnya fenomena alam meteor raksasa membuat hampir seluruh kehidupan dinosaurus berakhir. Meski peneliti pernah menemukan beberapa makhluk purba yang masih hidup sampai sekarang, namun sebagian besar kehidupan mereka sudah musnah.
Sebagaimana dilansir IBTimes, Selasa (8/3/2016), jatuhnya lokasi jatuhnya fenomena alam meteor tersebut diketahui oleh ilmuwan geologis yang sedang mencari minyak bumi di Semenanjung Yukatan, bagian Utara kota Chicxulub, Meksiko Glen Penfield, pada tahun 1970-an.
Para peneliti sudah lama berada di tambang minyak untuk meneliti secara umum fenomena alam kawah Chicxulub. Namun, saat ini mereka telah siap terjun langsung ke titik pusat terdalam kawah untuk mengambil contoh inti dari kawah tersebut.
Peneliti mengalami kesulitan untuk mengambil sample inti kawah Chicxulub yang berada di kedalaman 800 m di bawah endapan sedimen yang sudah ada selama jutaan tahun lamanya.
Grup yang dipimpin para tim ilmuan dari Universitas Texas, Universitas Nasional Meksiko, dan International Ocean Discovery Program, mendanai pengeboran sedimen yang menjadi misi utama penelitian sebesar US$10 juta atau sekitar Rp134 miliar. Pengeboran di titik terendah kawah Chicxulub itu akan dilakukan pada awal April dengan target capaian sedalam 1,6 km.
Dengan proyek pengeboran ini, para peneliti berharap menemukan informasi detail baru dari fenomena alam meteor yang telah membuat kawah selebar 180 km dan menemukan titik terang dari kebangkitan kehidupan setelah pemusnahan masal jutaan tahun silam.
“Kami berharap dan membayangkan akan menemukan titik tidak adanya kehidupan, lalu munculah titik-titik kehidupan yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. Ya kita dapat berasumsi apabila pada titik pengeboran nanti, kita melihat titik steril dari kehidupan yang saat ini ada. Ketika ini benar, maka aku secara pribadi selalu berfikir bahwa masih banyak sesuatu untuk dipelajari lebih lanjut lagi,” jelas pengamat geologis, Sean Gulik, dari Universitas Texas pada CNN.
Dampak yang dialami kawah Chicxulub memang sangat besar. Para paneliti meyakini kekuatan jatuhnya fenomena alam meteor saat itu lebih besar miliaran kali lipat dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima. Jatuhnya meteor berdiameter sekitar 9,7 km itu juga mengakibatkan gempa bumi, tsunami yang sangat dahsyat, dan kepulan debu dan pasir yang menutup rapat paparan sinar matahari ke Bumi.
Beberapa peneliti juga beranggapan, apabila dengan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi waktu itu peneliti akan sangat terbantu dalam menggambaran, membayangkan, bahkan memprediksi apa yang akan terjadi apabila suatu saat meteorid yang berukuran setara atau lebih besar jatuh ke Bumi.
“Ya, sebenarnya kita semua sudah tahu dan paham apabila kejadian seperti ini terulang, akan berdampak seperti apa terhadap Bumi ini, tentunya sangat buruk. Namun sudah menjadi tugas kami untuk mengetahui dan memahami berbagai aspek seperti proses geologikal dan ekologikal saat meteor raksasa menghantam Bumi,” ujar Chevron exploration geologist, Jason Sanford. (Ardhon Purtama Putra/JIBI/Solopos.com)