Jogja
Rabu, 9 Maret 2016 - 12:40 WIB

GERHANA MATAHARI TOTAL : Puas, Nonton Gerhana di Tugu Jogja, Bagaimana Denganmu?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ratusan warga berkumpul di Tugu Jogja untuk nonton bareng gerhana matahari total, Rabu (9/3/2016) pagi. (Gilang Jiwana/JIBI/Harian Jogja)

Gerhana matahari total dinikmati di tugu Jogja menjadi momentum yang tak terlupakan

Harianjogja.com, JOGJA — Tahun 1983, saat bulan sepenuhnya menutupi matahari, suasana hening. Warga tak mau beraktivitas di luar rumah. Di beberapa sudut kampung beberapa warga akan memukul kentongan atau alat masak dengan maksud mengusir raksasa yang akan melahap surya.

Advertisement

Tahun 2016 kondisinya berbeda. Ribuan warga tumpah ruah di jalanan tak ingin melewatkan gerhana, musik elektronik pun menggema di sekitar Tugu menggantikan tetaluan pengusir raksasa.

Hentakan musik elektronik yang dimainkan seorang Disc Jockey dari atas panggung menjadi atraksi penutup acara Nonton Bareng Gerhana Matahari di Tugu, Rabu (9/3/2016). Ribuan warga yang sebelumnya bersesakan perlahan membubarkan diri dengan senyum lebar. Beberapa masih memanfaatkan kawasan Tugu yang bebas kendaraan untuk berfoto seperti yang dilakukan Mita, warga Jogja.

“Puas rasanya bisa melihat, kapan lagi ada momen semacam ini. Dulu waktu 1983 saya belum lahir,” kata Mita yang datang bersama Prasetyo, kekasihnya untuk menikmati fenomena langka itu.

Advertisement

Lilis, warga Sleman mengungkapkan hal senada. Ibu 45 tahun ini mengajak serta anak dan suaminya untuk melihat langsung gerhana matahari total di Tugu Jogja. Dia mengakui awalnya tak berniat datang ke Tugu. Cukup dari televisi saja mereka bisa melihat tayangan langsung gerhana. Kalaupun penasaran, menonton dari halaman dirasanya sudah cukup. Namun tayangan kemeriahan di Tugu langsung membuatnya berubah pikiran.

“Sekitar jam setengah tujuh lihat kok meriah sekali, langsung ngajak suami dan anak kesini, peristiwa langka soalnya,” ungkap dia.

Bagi Lilis, kemarin adalah pertama kali dalam hidupnya melihat langsung gerhana matahari. Tiga puluh tahun yang lalu dia tak boleh keluar rumah dan diminta menutup seluruh pintu dan jendela rumah. Dari luar sayup-sayup didengarnya suara orang memukul-mukul besi untuk membuat keributan.

Advertisement

“Beda sekali suasananya, dulu hening sekarang meriah. Subhanallah, ternyata indah sekali gerhana itu,” lanjut dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif