Jateng
Rabu, 9 Maret 2016 - 21:50 WIB

GERHANA MATAHARI : Ini Kata Wagub Jateng Soal GMT…

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko (tengah) menggunakan kaca mata khusus melihat gerhana matahari sebagian di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Jl. Gajah Raya Semarang, Rabu (9/3/2016). (Insetyonoto/JIBI/Semarangpos.com)

Gerhana matahari yang melintasi wilayah Indonesia, menurut Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko, merupakan bentuk kebesaran Allah.

Semarangpos.com, SEMARANG – Wakil Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Heru Sudjatmoko mengatakan gerhana matahari total (GMT) yang melintasi sebagai kota di Indonesia merupakan bentuk kebesaran Allah. GMT, menurut dia, agar dijadikan sebagai sarana instrospeksi manusia atas betapa kecilnya manusia di hadapan kebesaran Allah.

Advertisement

“Bukan kebetulan GMT dapat dilihat di sebagian besar di Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam. Ini menunjukkan kebesaran Allah,” katanya pada salat kusuf dan menonton bareng gerhana matahari di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Jl. Gajah Raya Semarang, Rabu (9/3/2016).

Jika Allah begitu besar, lanjut Heru, manusia tidak berhak besikap sombong dan merasa paling kuat. ”Manusia tidak ada apa-apanya di hadapan Allah,” tandanya.

Dalam kesempatan itu, Wakil Gubernur (Wagub) Jateng juga mengajak masyarakat agar membangun kerukunan bersama untuk menciptakan kedamaian di Jateng. “Kita semua bersaudara, marilah senantiasa menjaga kerukunan hidup bersama,” ujarnya.

Advertisement

Heru Sudjatmoko dalam kesempatan itu juga melihat gerhana matahari sebagian yang melintas di atas langit Kota Semarang dengan menggunakan teropong astronomi yang disediakan MAJT. Selain menggunakan teropong Heru juga menggunakan kacamata khusus untuk melihat secara langsung gerhana matahari.

Sementara itu, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Prof. Muhibbin menyatakan gerhana matahari total (GMT) adalah fenomena alam biasa bukan karena adanya kejadian luar biasa seperti kematian atau kelahiran tokoh tertentu. “GMT peristiwa alam biasa, sebagai bentuk kebesaran Allah. Untuk itu agar dijadikan momentum bermuhasabah kepada Allah,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif