Teknologi
Minggu, 6 Maret 2016 - 01:00 WIB

GERHANA MATAHARI TOTAL : NASA Gunakan Teknologi Canggih Amati GMT

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Teropong GMT (Detik)

Gerhana matahari total dimanfaatkan NASA untuk mencoba teknologi canggihnya. Apa itu?

Solopos.com, HALMAHERA TIMUR — National Aeronautics and Spaces Adminstration (NASA) akan menggunakan teknologi terbaru dalam pengamatan gerhana matahari total di Indonesia. Seperti apa teknologinya?

Advertisement

NASA bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) akan melakukan pengamatan dan penelitian soal gerhana matahari total di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara. NASA mendapat rekomendasi Lapan soal pemilihan tempat.

“Awalnya kami memilih di sini karena rekomendasi dari Lapan. Menurut mereka di Halmahera akan menjadi daerah dengan durasi terlama yang dilintasi gerhana dan cuaca di wilayah timur Indonesia relatif cerah,” tutur peneliti NASA Nelson L Reginald di @america, Pacific Place, Jakarta Pusat, seperti dilansir Detik, Sabtu (5/3/2016),

Advertisement

“Awalnya kami memilih di sini karena rekomendasi dari Lapan. Menurut mereka di Halmahera akan menjadi daerah dengan durasi terlama yang dilintasi gerhana dan cuaca di wilayah timur Indonesia relatif cerah,” tutur peneliti NASA Nelson L Reginald di @america, Pacific Place, Jakarta Pusat, seperti dilansir Detik, Sabtu (5/3/2016),

Dalam penelitian gerhana matahari total tahun ini mereka akan menggunakan teknologi terbaru untuk kali pertama di dunia. Teknologi tersebut adalah alat untuk melihat korona secara spesifik.

“Ini kali pertama kami menggunakan alat untuk melihat gerhana matahari total korona, ini yang terbaru namanya adalah Spectograph of Coronal Electron,” tambah dia.

Advertisement

“Fiter pertama diletakkan di panjang gelombang 388,5 dan 410 nanometer. Sensor ini digunakan untuk mengukur suhu elektron dan pergerakannya. Filter selanjutnya ada di panjang gelombang 398, 7 dan 423, 3,” sambung dia.

Spektrum-spektrum korona memang biasanya tidak kelihatan kecuali tertutup oleh sesuatu. Dalam gerhana matahari total nantinya korona atau dikenal dengan mahkotanya matahari ini akan tampak karena matahari tertutup oleh piringan bulan.

Seperti dikutip dari Kantor Berita Antara, Kepala Stasiun Geofisika kelas I BMKG Padang Panjang Rahmat Triyono, mengatakan paparan cahaya matahari saat fenomena alam GMT bisa merusak retina.

Advertisement

“Paparan cahaya matahari dengan intensitas tinggi akan menembus mata dan merusak lapisan retina mata yang berisi syaraf sensitif,” kata Rahmat Triyono.

Menurutnya retina mata tidak memiliki sensor sakit sehingga saat menatap langsung seseorang cenderung mengabaikan dan tidak menyadari mata sedang berada dalam keadaan bahaya.

Kerusakan pada retina akan berupa penglihatan kabur yang dapat dialami selama beberapa jam sampai  kerusakan permanen hingga kebutaan, ujarnya.

Advertisement

Oleh sebab itu cara yang paling aman mengamati gerhana matahari total dengan menggunakan alat yang telah dilengkapi oleh filter khusus. “Kaca mata hitam biasa, film foto, film rontgen bukan alat yang aman digunakan untuk melihat matahari,” kata dia.

Rahmat menambahkan pihaknya telah menyiapkan fasilitas siaran langsung melalui jaringan Internet yang menayangkan peristiwa fenomena alam gerhana matahari total.

“Masyarakat dapat mengamati detik-detik terjadinya fenomena alam gerhana matahari mulai pukul 6.30 WIB dengan mengakses situhttp://media.bmkg.go.id/gmt,” ujarnya.

Menurut dia fasilitas siaran langsung disediakan agar masyarakat dapat melihat proses terjadinya fenomena alam gerhana matahari total tanpa harus melihat langsung ke arah sang surya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif